Kepulauan Banda, Provinsi Maluku, dikenal sebagai surga rempah di timur Indonesia sejak berabad-abad lalu. Tidak hanya itu, Kepulauan Banda juga disebut sebagai penghasil buah pala terbesar dan terbaik di dunia.
Dilansir dari laman Kemendikbud, Jumat (6/8/2021), Kepulauan Banda dikenal sebagai satu-satunya penghasil pala atau satu-satunya tempat pala tumbuh hingga abad ke-18. Adapun pala mulai dibudi daya oleh masyarakat Banda yang dipimpin para bangsawan sejak abad ke-13.
Para bangsawan kemudian berbisnis dengan para pedagang bangsa Arab dan India. Pedagang dari Arab kemudian menjual rempah dari Banda kepada bangsa Eropa dengan harga berkali-kali lipat lebih tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka lalu memonopoli perdagangan pala dan merahasiakan Banda sebagai penghasilnya. Terlebih, saat itu buah pala sangat berharga karena diyakini mampu mengobati berbagai wabah menakutkan yang kerap memangkas jumlah populasi bangsa Eropa.
Pada abad ke-15, perdagangan pala semakin berkembang. Kepulauan Banda makin dikenal dan banyak dikunjungi bangsa asing. Banda lantas menjadi pelabuhan rempah yang ramai.
![]() |
Akhirnya pada abad ke-16, bangsa Eropa mulai mengetahui keberadaan Kepulauan Banda sebagai penghasil pala. Mereka pun datang ke Banda. Bangsa Eropa yang pertama kali tiba di Banda adalah Portugis, pada 1512.
Belanda kemudian datang ke Banda pada 1599, disusul Inggris pada 1601. Belanda dan Inggris bersaing untuk menguasai rempah di Kepulauan Banda. Portugis tersingkir oleh persaingan kedua bangsa Eropa tersebut.
Baca juga: 8 Destinasi Wisata Masa Depan di Mars |
Belanda melalui serikat dagang VOC kemudian menjalankan berbagai taktik untuk menguasai perdagangan pala di Banda, termasuk menyingkirkan para bangsawan. Saat itulah VOC memonopoli perdagangan pala.
Kejayaan pala membuat masyarakat Banda menderita dan perlahan tersingkir.
Kemudian, sekitar abad ke-19, Inggris berhasil merebut Pulau Run di Kepulauan Banda dari Belanda. Inggris lalu membawa pohon pala dan menanamnya di Sumatera dan Malaysia. Sejak saat itu, monopoli perdagangan pala runtuh.
Semua kisah sejarah itu dapat dilihat lebih lengkap di Rumah Digital Indonesia. Cerita sejarah itu juga dilengkapi video sketsa yang menarik. Selain itu, masih banyak sejarah lain yang bisa dipelajari di Rumah Digital Indonesia.
(eva/zak)