Politikus PDIP Arteria Dahlan menyebut Partai Demokrat (PD) seperti mengalami post colour syndrome lantaran mengkritik pengecatan ulang pesawat kepresidenan. Partai Demokrat mengungkit pernyataan kader PDIP yang mengusulkan agar pesawat kepresidenan dijual.
"Arteria ini keliru besar jika salahkan Pak SBY. Harusnya kita semua sebagai anak bangsa berterima kasih karena Pak SBY beli pesawat kepresidenan setelah 69 tahun tidak punya. Arteria nggak paham itu. Ajaran Sukarno untuk 'jasmerah' pun dia lupa," kata Wasekjen PD Irwan kepada wartawan, Rabu (4/8/2021).
"PDIP dulu malah tolak keras pembelian pesawat kepresidenan ini. Bahkan saat Jokowi jadi presiden di 2014, mereka usulkan agar dijual. Ini kok aneh bin lucu tiba-tiba bicara pesawat kepresidenan," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2014, kader PDIP Maruarar Sirait memang pernah mengusulkan agar pesawat kepresidenan Indonesia-1 atau BBJ 2 dijual.
Lebih lanjut Irwan menyebut PD sebetulnya tidak mempersoalkan rencana pengecatan ulang pesawat kepresidenan dari warna biru menjadi merah-putih. Syaratnya, sebut dia, pemerintah bisa menjelaskan alasannya secara terbuka.
Anggota Komisi V DPR RI itu juga mengulas keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyewa pesawat jenis Boeing 777-300 ER dari Garuda Indonesia untuk kunjungan ke Amerika Serikat.
"Tidak ada yang protes kok, apalagi terkait masalah warna. Silakan saja bagi penguasa mau cat warna apa, yang penting dijelaskan dengan terbuka latar belakang dan tujuan pengecatan, dan perubahan warnanya," sebut Irwan.
"Istana ini suka diam-diam dan tiba-tiba saja ramai di publik. Persis tahun lalu juga tiba-tiba Istana sewa pesawat Garuda untuk pesawat kepresidenan dan mengecat merah dan diberi logo. Lalu ujung-ujungnya batal," sambung dia.
Menurut Irwan, yang keliru dari rencana pengecatan ulang pesawat kepresidenan adalah momentumnya. Anggota DPR dapil Kalimantan Timur itu menyarankan agar pemerintah menunda kegiatan yang tidak bersinggungan langsung dengan penanganan pandemi COVID-19.
"Yang terpenting juga kan terkait momentumnya, apalagi situasi begini. Tangani pandemi saja masih kelimpungan cari pendanaan. Coba yang masih bisa ditunda, ya tunda saja. Kalau alasannya tahun 2019 sudah dibahas anggarannya, ya gampang kok, cukup direalokasi atau refocusing program dan anggarannya," ucap Irwan.
Baca pernyataan Arteria soal post colour syndrome di halaman berikutnya.
Simak video 'Ramai Pengecatan Pesawat Kepresidenan, Telan Biaya Hingga Miliaran':
Diberitakan sebelumnya, politikus PDIP Arteria Dahlan mengkritik Partai Demokrat yang keras bersuara terkait pengecatan ulang pesawat kepresidenan dari warna biru menjadi warna merah-putih. Arteria pun menyinggung Partai Demokrat seperti mengalami post colour syndrome.
Arteria awalnya menjelaskan post colour syndrome merupakan pelesetan dari post power syndrome. Dia juga mempertanyakan mengapa pesawat kepresidenan tidak dicat warna merah-putih sejak awal.
"Warna bendera negara kita kan merah-putih, bukan warna biru. Justru kita bertanya, kok dulu tak sejak awal pesawat itu diwarnai merah-putih? Lalu apa yang salah dengan warna pesawat kepresidenan jika diubah menjadi merah-putih sesuai warna bendera negara kita?" kata Arteria kepada wartawan, Rabu (4/8).
Arteria meminta masyarakat waspada agar tidak terjerat logika yang dibangun pihak tertentu, yang tak bisa menerima warna bendera partainya tak lagi identik dengan warna pesawat kepresidenan.
"Mari berhati-hati dengan yang post power syndrome. Mungkin saja ini nanti jadinya post colour syndrome hanya karena tak bisa menerima bahwa warna pesawat kepresidenan tak lagi sama dengan warna bendera partainya," tutur Arteria.