Pasar Jembatan Besi, Jakarta Barat (Jakbar), siang ini terpantau sepi. Hanya ada beberapa pedagang yang membuka lapaknya.
Pantauan detikcom di lokasi, Jumat (30/7/2021), terlihat hanya ada pedagang sayur, buah-buahan dan pedagang tempe. Mereka masih duduk dan menunggu pembeli datang.
Sayangnya, masih ada pedagang yang tidak memakai masker. Ada pula pedagang yang berkumpul dan mengobrol dengan pedagang lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sesekali, pedagang menggunakan gerobak masuk ke area pasar. Pedagang bakso misalnya, sembari mendorong gerobak, dia tampak melihat sekitar dan memilih istirahat di sekitar pasar.
detikcom mencoba menyusuri pasar. Saat masuk ke lorong-lorong, banyak gerai yang sudah ditutup. Ada pula pedagang yang tidur dengan kondisi kios sudah dirapikan.
Salah seorang pedagang tempe di sana mengaku pendapatannya berkurang semenjak PPKM diterapkan. Menurutnya, pembeli yang datang juga tidak seramai biasanya. Tak jarang pembeli yang protes lantaran mahalnya harga.
"Pendapatan ada kurang 60%. Terus sekarang apa-apa kalau mau belanja juga jadi mahal. Otomatis jual ke pembelinya juga mahal. Ya banyak yang protes, orang kita naikin gope (Rp 500) aja pada protes," ujar pedagang tempe tersebut saat berbincang dengan detikcom di lokasi.
Kendati demikian, dia masih bersyukur karena bisa bertahan di tengah situasi yang sulit. Walaupun pembeli yang datang tidak seramai biasanya, pedagang tempe itu bersyukur masih bisa berjualan.
Pria berusia 25 tahun itu juga berharap pandemi COVID-19 segera berakhir. Dengan begitu pedagang bisa kembali berjualan seperti sedia kala.
"Ya semoga Coronanya cepat hilanglah, biar pedagang bisa dagang kaya biasa lagi. Biar kitanya juga nggak naikin harga, karena apa-apa mahal," jelasnya.
Baca curhat pedagang warteg di halaman berikutnya.
Begitu pula harapan Sri (35), pedagang warung makan di Pasar Jembatan Besi. Sri mengaku pendapatannya berkurang drastis sejak PPKM diberlakukan. Sebelum PPKM, Sri bisa meraup omzet Rp 1,5-Rp 2 juta per hari
Namun, saat ini, pendapatannya turun tajam. Meski enggan menyebutkan angkanya, Sri menekankan pendapatan maupun pengunjung yang datang berkurang signifikan.
"Pendapatan berkurang banget. Biasanya omzet itu bisa dapat Rp 1,5-Rp 2 juta. Sekarang mah Rp 1 juta aja kalau bisa dapet ya alhamdulillah. Ya bisa di bilang sekarang turun drastis lah pendapatan," kata Sri kepada detikcom.
![]() |
Dia pun baru mulai berjualan sejak hari Minggu kemarin. Sebelumnya, di bulan Juni, Sri tidak berjualan karena larangan pemerintah.
Karena tidak bisa berdagang, dia memilih pulang ke kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah. Meski sudah bisa berdagang, dia mengaku saat ini jumlah pembeli belum ramai seperti biasanya.
Adapun selama PPKM level 4, warteg Sri buka dari pukul 06.00 WIB sampai 22.00 WIB. Dia pun mengaku aturan makan 20 menit sulit diterapkan karena pembeli yang datang tidak hanya satu dua orang.
"Ya susah ya. Kita kan melayani nggak cuma satu orang. Tapi sejauh ini sih kebanyakan pada dibungkus. Kalau pun makan di sini semuanya pada mencar. Kalau mau makan di sini juga, orang-orang pada nanya, 'boleh makan di sini nggak?' Ya saya jawab, 'boleh, tapi dibatasi'. Terus akhirnya pada minta dibungkus," papar Sri.
Kepada detikcom, Sri menjelaskan biasanya ada Satpol PP yang datang mengecek ke lokasi. Namun, sambung Sri, sudah beberapa hari Satpol PP tidak berkeliling dan memeriksa pedagang.
"Sudah beberapa hari ini nggak liat Satpol PP. Kemarin, pas baru pertama kali buka, pas malam Senin apa malam Selasa, itu Satpol PP lewat pukul 21.30 WIB malam. Untungnya, alhamdulillah waktu itu saya sudah tutup," ujarnya.
Sejauh ini, masih ada pembeli yang datang ke warung makan Sri. Kendati jumlahnya berkurang dari biasanya, namun Sri masih bisa bersyukur. Dia pun berharap, ke depan pemerintah tak lagi membuat aturan yang menyulitkan pedagang.
"Ya kita rakyat biasa nggak bisa apa-apa. Yang penting kita bisa jualan aja. Harapannya ya nggak ada aturan-aturan lagi, mudah-mudahan bulan ini udah terakhir ya. Pengennya jangan dibatasi lagi gitu orang makan. Kita juga buka udah nggak bisa 24 jam kan, pendapatan juga apalagi berkurang," terang Sri.