Umumnya kita mengenal Al-Qur'an sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia (hudan li al-nas wa rahmah), namun belum dipetakan jenis dan kategori petunjuk Al-Qur'an. Ketidakjelasan pemahaman jenis-jenis petunjuk Al-Qur'an sering membuat seseorang memahami keutuhan petunjuk Al-Qur'an, bahkan sering dikesankan antara satu ayat dengan ayat lain seolah-olah berhadap-hadapan. Seolah-olah Al-Qur'an terdapat inkonsistensi bahkan kontradiksi satu sama lain. Kesan ini terjadi karena ketidakmampuan mengategorisasi jenis-jenis petunjuk Al-Qur'an. Pada saatnya akan jelas setelah dilakukan verivikasi jenis-jenis petunjuk Al-Qur'an. Pada saatnya kita sadar bahwa sesungguhnya bukan Al-Qur'an yang tidak konsisten melainkan jalan pikiran kita yang terlalu subyektif digunakan untuk menilai Al-Qur'an.
Menurut S.H. Nasr, Al-Qur'an mempunyai tiga jenis petunjuk. Pertama berupa doktrin, yakni petunjuk yang memberi pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di dalamnya. Petunjuk ini berupa petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar Syari'ah yang mengatur kehidupan manusia sehari-hari. Doktrin ini juga mengandung metafisika tentang Tuhan, kosmologi tentang alam semesta, kedudukan berbagai makhluk dan benda-benda di dalamnya, dan penjelasan kehidupan sesudah mati. Petunjuk dalam bentuk doktrin ini mengandung isyarat untuk memahami diri manusia secara utuh sekaligus posisi manusia sebagai makhluk teomorfis.
Kedua, Al-Qur'an berisi petunjuk menyerupai ringkasan sejarah manusia itu sendiri, yang terdiri atas manusia biasa, elit dan bangsawan, oarang-orang suci (wali) dan para Nabi. Hadirnya ž kisah-kisah dalam Al-Qur'an sesungguhnya tetap berisi tuntunan manusia secara kontemporer. Meskipun kisahnya masa lalu tetapi mengingatkan manusia bahwa sejarah sering berulang.Kisah-kisah itu sesungguhnya ditujukan kepada jiwa dan pikiran manusia agar selalu mawas diri, sebab apa yang pernah terjadi di masa lalu bisa terulang di masa sekarang dan akan datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para aktor dan pelaku sejarah tidak pernah luput dari unsur orang-orang jahat, pembohong, munafik dan pada sisih lain selalu juga ada orang baik, mencerahkan, dan membela sesama makhluk. Al-Qur'an mirip dengan miniatur sejarah kehidupan setiap insan. Setiap insan pernah ketawa dan menangis, bernah bersedih dan bergembira, dan pernah sehat dan pernah sakit. Yang pasti mereka menginginkan kemaslahatan abadi. Pada akhirnya manusia sadar bahwa segalanya akan berakhir dan manusia diingatkan akan kembali ke pangkuan Ilahi.
Ketiga, Al-Qur'an berisi petunjuk berupa sesuatu yang sulit untuk dicerna dan dijelaskan secara logika yang menjadi gaya hidup masyarakat modern. Sesuatu yang misteri itu biasa disebut "magi" yang agung dalam perspektif metafisik. Bagi orang-orang yang beriman menganggap Al-Qur'an seolah seperti azimat yang dapat menjaga dan melindungi manusia dari berbagai kekuatan jahat.
Kehadiran secara fisik Al-Qur'an di lingkungan manusia dirasakan sebagai berkah yang dapat memberikan ketenangan jiwa dan pikiran. Dengan memmbaca Al-Qur'an maka hati akan tenteram bahkan dijadikan sebagai wirid untuk mendatang berkah dan rezki. Jika seorang muslim menghadapi kesulitan dalam bentuk apapun kehadiran Al-Qur'an secara fisik sangat diperlukan untuk mendampingi yang bersangkutan di dalam menyelesaikan setip persoalan. Inilah yang sulit dimengerti oleh para pemikir Barat yang liberal.
Bagaimana mungkin sebuah buku (Al-Qur'an) bisa memberiak pendampingan sedemikian kuat terhadap seorang muslim. Kaligrafi berupa ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an bukan hanya dipajang di tempat-tempat khusus dikkamar-kamar khusus dan mushalah, tetapi menjadi hiasan yang berfungsi ganda, disamping sebagai hiasan juga berfungsi untuk menjaga dan menguatkan batin. Di kaca-kaca bagian belakang mobil sering kita menjumpai stikker besar tentang nama-nama Allah Swt. Kesemuanya pertanda adanya kekuatan "magi" di balik kitab yang memuat Kalam Allah itu. Hal yang sangat menakjubkan dalam dekade terakhir ini muncul fenomena gerakan tahfiz (penghafalan) Al-Qur'an. Tentu ini sangat tidak mudah tetapi selalu ada semangat dan tekad kuat untuk menjadi hafiz/hafidhah, karena di balik tahfiz itu tersembuyi sejumlah gudang rahasia yang amat positif bagi yang bersangkutan.
Keberadaan Al-Qur'an dalam bentuk seperti ini dapat dianalogikan dengan keberadaan salib bagi saudara-saudara kita yang beragama Nasrani taat. Ke mana-mana mereka rosario, lambang salib, ke manapun pergi. Mereka yakin kalau kehadiran rosario itu bisa memberikan efek positif terhadap pemakainya. Mereka juga merasakan ada kekuatan "magi" di balik rosario itu. Benda-benda spiritual yang dinilai mempunyai daya "magi" juga sering menempel di genggaman tangan anak-anak atau keluarga mereka. Semuanya ini menjadi isyarat bahwa bagi manusia selalu ada titik masuk untuk menjumpai Dia. Allahu a'lam.
Prof. Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)