Ketua KPK Firli Bahuri mengenang masa-masa dirinya berjuang untuk menjadi anggota Polri pada lebih dari 30 tahun lalu. Kini Firli akan segera memasuki masa pensiun dari anggota Polri.
Dia tergabung menjadi abdi negara dengan mengikuti Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) angkatan 1990. Rekan seangkatannya kini telah menduduki sejumlah posisi strategis di kementerian/lembaga di Tanah Air dengan berpangkat jenderal. Termasuk Firli, jenderal bintang 3 yang menjabat Ketua KPK.
"Seperti detak jantung yang bertaut, setiap insan Akabri saling terpaut satu dengan yang lainnya, selalu berdenyut menggelorakan nyala api dan semangat juang sampai akhir di mana pun kita ditugaskan, ditempatkan, dan dibutuhkan oleh negara dan rakyat Indonesia," kata Firli dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Syukur alhamdulillah, kerja keras, dedikasi, dan pengabdian tanpa batas lulusan taruna Akabri angkatan 1990 kepada bangsa dan negara dapat kita lihat dari capaian kinerjanya yang luar biasa, sehingga negara menyematkan pangkat serta menempatkan alumnus-alumnus GELAR 90 untuk memimpin sejumlah pos/tempat strategis," tambahnya.
Firli menyebut teringat masa-masa perjuangan untuk menentukan jalan hidup dan mewujudkan cita-cita kecil untuk Indonesia besar. Menurutnya, mimpi itu tak sekadar menjadi mimpi, namun impian serta cita-cita dirinya, seorang yatim dari Dusun Lontar Batu Raja, sebuah desa kecil di ujung pelosok Sumatera Selatan, yang ditinggal wafat ayah saat berusia 5 tahun.
"Saya menyaksikan sendiri betapa hebat perjuangan Ibu untuk menghidupi anak-anaknya, di mana beliau menekankan betapa pentingnya pendidikan untuk mengubah keadaan, khususnya ekonomi keluarga saat itu," ucap Firli.
Dia menyebut, dengan sebatang kara, kala itu ibunya berjuang sangat keras layaknya seorang ayah demi anaknya. Dengan penuh kesabaran serta penuh kasih kasih sayang, ibunya berjuang bagi anaknya.
"Yang saya fahami, seorang ibu akan selalu berusaha segenap jiwa dan raganya untuk membahagiakan dan mengedepankan masa depan anaknya, walaupun mungkin itu mengorbankan kebahagiaan dan masa depannya sendiri," ujarnya.
Firli sering mendengar dalam setiap sujud malam ibunya menyebut nama dirinya. Menurutnya, dalam liang air mata sang ibu, tak terhitung doa-doa yang beliau panjatkan, membaluri sekujur tubuh melalui usapan hangat tangannya yang renta.
Simak video 'Cerita Firli 6 Kali Gagal Masuk Akabri Demi Jadi Polisi':
Firli tetap bertekad mengejar dan mewujudkan cita-citanya menjadi seorang abdi negara meski hidup dalam keterbatasan. Menurutnya, hanya tekad kuat teriring untaian doa ibu yang membuat dirinya terus maju, berlari menggapai cita-cita dan impian.
"Satu pesan Ibu, 'Jika tak ada tumpuan untuk berpegang, ingat ada Allah SWT tempat kita bersandar', selalu saya jadikan pedoman dalam menjalani khususnya menghadapi situasi dan tantangan apa pun dalam hidup ini," katanya.
Firli mengaku, dalam perjalanan karier hingga kini, tidak ada seorang pun yang mem-backup. Karena itulah, dirinya tidak memiliki beban apa pun dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai abdi negara, mengingat dirinya bukan orang politik, terlebih lagi seorang politikus.
"Sehingga tidak sedikit pun memiliki hasrat, keinginan, apalagi nafsu politik. Saya hanya anak bangsa yang memiliki semangat dan tekad untuk mengabdikan diri, pikiran, tenaga (energy, passion, spirit) dan komitmen bagi kemajuan NKRI," ucapnya.
Lebih jauh Firli menyebut perjuangan keras dan jujur sangat berat telah dijalani dan dilalui. Khususnya saat akan masuk Akabri Dhira Brata Polri/Akpol, mengingat kala itu Firli hanya seorang bintara.
"Lima tahun berturut-turut (1982, 1983, 1984, 1985, 1986), saya mendaftar diri ke Akpol tanpa koneksi, apalagi embel-embel katebelece dan syukur alhamdulillah di tahun 1987, saya diterima mengikuti pendidikan serta pelatihan di Akpol," ujarnya.
Menurut Firli, tidak terasa masa akhir tugas di Polri semakin dekat, tersisa 3 bulan. Tepat 8 November 2021, Firli akan purnabakti sebagai anggota Polri.
"37 tahun saya menjadi anggota Polri, mulai sersan dua tepatnya pada 1 Juni 1984 atau 32 tahun sebagai perwira setelah lulus Akpol pada 26 Juli 1990," katanya.
"Dengan kerendahan hati, saya memohon diberi kesehatan, kekuatan, dan keselamatan dunia-akhirat untuk menuntaskan amanah sebagai pimpinan KPK, ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia," imbuhnya.