Pasien COVID di Sumut Diviralkan Dianiaya, Ternyata Mau Tulari Warga

Pasien COVID di Sumut Diviralkan Dianiaya, Ternyata Mau Tulari Warga

Tim detikcom - detikNews
Senin, 26 Jul 2021 10:16 WIB
Seorang pria asal Toba, Sumut, dianiaya warga di kampungnya karena positif COVID-19. Korban sempat diikat, dipukul, hingga diasingkan. (Screenshot video viral)
Seorang pria asal Toba, Sumut, dianiaya warga di kampungnya karena positif COVID-19. Korban sempat diikat, dipukul, hingga diasingkan. (Screenshot Video Viral)
Toba -

Video menunjukkan seorang pria ditahan sejumlah warga dengan kayu lalu diikat viral dengan narasi penganiayaan terhadap pasien Corona atau COVID-19. Setelah diusut, peristiwa itu rupanya dipicu si pasien Corona yang coba menularkan virus ke warga.

Video viral itu diunggah oleh akun Instagram @jhosua_lubis. Dia menyebut pria yang ditahan dengan kayu lalu diikat itu adalah pamannya. Dia menyebut peristiwa dalam video itu adalah kejadian miris.

Peristiwa itu disebut terjadi di Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Tobasa, Sumatera Utara (Sumut), pada Kamis (22/7/2021). Pria yang menjadi korban dalam video tersebut adalah Salamat Sianipar (45).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam video yang diunggah Jhosua, terlihat ada seorang pria ditahan dengan kayu dan bambu oleh sejumlah warga. Pria itu kemudian terlihat diseret di jalan lalu diikat. Di akhir video, terlihat ada seorang warga yang memukulkan kayu ke arah pria yang disebut sebagai Salamat.

Dia juga menyertakan kronologi peristiwa itu dalam unggahannya. Dia menyebut pihak keluarga tidak terima dengan kejadian itu.

ADVERTISEMENT

"Awalnya tulang (paman) saya terkena COVID-19, dokter menyuruh isolasi mandiri. Tetap masyarakat tidak terima, akhirnya dia dijauhkan dari kampung Bulu Silape. Dia kembali lagi ke rumahnya tetap masyarakat tidak terima. Malah masyarakat mengikat & memukuli dia. Seperti hewan & tidak ada rasa manusiawi. Kami dari pihak keluarga tidak menerima & ini tidak manusiawi lagi. Perlu adanya edukasi dari pemerintah untuk masyarakat tentang COVID-19," tulis Jhosua.

"Kejahatan kemanusiaan ini diatur dalam Statuta Roma dan diadopsi dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia," lanjutnya.

Jhosua juga menjelaskan peristiwa itu saat dihubungi detikcom, Sabtu (24/7/2021). Dia mengatakan pamannya positif Corona sendirian di rumah, karena keluarga lainnya negatif.

"Kalau kurun waktu kejadiannya sudah terkena COVID-nya saya kurang tahu. Yang saya tahu, jadi sudah tes. Terus sudah dites, hasilnya keluar positif. Terus tanteku (istrinya) ini negatif dan kedua anaknya negatif. Terus isolasi mandiri mereka di rumah. Omku ini beda kamar sama istri dan anaknya, disuruh dokter karena gejalanya masih ringan," sebut Jhosua saat dimintai konfirmasi, Sabtu (24/7/2021).

Jhosua menyebutkan, setelah di rumah, ada oknum masyarakat tidak senang dan ketakutan setelah Salamat terkena COVID-19. Lalu, dia ditarik paksa dari rumah dan diasingkan ke suatu tempat.

"Terus setelah pulang dari klinik, pas di rumah, sorenya ada masyarakat tidak senang kalau omku ini terkena COVID. Jadi ditarik paksalah dari rumah omku ini oleh masyarakat untuk tidak di rumah," sebut Joshua.

Joshua menuturkan Salamat diasingkan ke suatu tempat. Keesokan harinya, Salamat pun pulang ke rumahnya. Masyarakat yang melihat tidak terima hingga terjadi seperti yang ada di video viral.

"Terus keesokan harinya, omku ini pulang ke rumah. Terus warga melihat lagi kedatangan omku di rumah dan warga tidak terima. Akhirnya terjadilah kejadian seperti di video. Lehernya ditali, tangannya diikat, digebukin," sebut Joshua.

"Ini lagi dibuat laporan ke pihak kepolisian," ucap Joshua.

Sementara itu, Kasubbag Humas Polres Toba Iptu Bungaran Samosir mengatakan sejauh ini pihaknya belum menerima laporan atas kejadian tersebut.

"Belum ada laporannya," ucap Iptu Bungaran.

Bupati Bantah Ada Penganiayaan

Bupati Toba, Poltak Sitorus, memberikan penjelasan soal peristiwa itu. Dia mengatakan Salamat tidak dianiaya, tetapi diamankan karena lari saat menjalani isolasi mandiri (Isoman).

"Bukan untuk kekerasan, hanya mengamankan. Saya lihat masyarakat desa juga sangat peduli dengan Pak Salamat Sianipar ini," kata Poltak Sitorus, Sabtu (24/7).

Kepala Desa Pardomuan, Toba, Timbang Sianipar, mengatakan pihaknya melakukan isolasi mandiri kepada korban bernama Salamat Sianipar di lokasi yang sudah disetujui oleh pihak keluarga. Kebutuhan Selamat saat isolasi juga sudah dipenuhi oleh pemerintah desa.

"Beras 1 karung, telur 1 papan, dencis 2 kaleng, garam, minyak goreng, sabun mandi, sudah kami siapkan untuk saudara Selamat Sianipar," ucap Kades Pardomuan.

Lihat juga video 'Detik-detik Pria di Tobasa Diikat-Dipukuli Gegara Positif Covid-19':

[Gambas:Video 20detik]



Ternyata Coba Tulari Warga

Istri Salamat, Risma Sitorus, mengatakan warga terpaksa melakukan hal itu kepada suaminya. Sebab, suaminya mencoba menularkan virus Corona kepada keluarga dan warga yang ada di kampung itu.

"Karena mencoba menularkan virus COVID-19 kepada keluarga dan warga, suamiku itu pun terpaksa diamankan," kata Risma, Minggu (25/7).

Dia mengatakan Salamat awalnya menjalani isolasi mandiri di lokasi yang disiapkan pemerintah desa. Namun suaminya berulang kali pulang ke rumah.

"Pada Kamis (22/7), sekira pukul 17.00 WIB, suami ku keluar dari rumah sembari meludahi tangannya mencoba menyentuh warga yang berada di dekat dengan berteriak dirinya tidak terpapar COVID-19," katanya.

Risma menyebut warga mencoba mengamankan suaminya. Untuk menjaga jarak, warga menggunakan kayu hingga bambu.

"Ternyata perbuatannya itu membuat warga desa marah sehingga dengan menggunakan kayu serta bambu mencoba mengamankannya karena takut tertular COVID-19," tuturnya.

Di hari berikutnya, Salamat kembali datang ke desa. Warga kembali mencoba mengamankan Salamat dengan menggunakan kayu dan bambu untuk menjaga jarak.

"Kemudian Salamat Sianipar berhasil diamankan lalu diantarkan ke Rumah Sakit Umum Daerah Porsea. Namun, pada malam harinya, ia kembali kabur dari rumah sakit," ungkapnya.

Risma mengatakan Selamat kembali diamankan pada Sabtu (24/7). Warga yang mengamankan kembali mengantarkan Selamat ke RSUD.

Salah seorang anggota keluarga Salamat, Erik Sianipar, juga mengaku aksi warga itu dilakukan untuk mengamankan Salamat. Hal itu dilakukan warga karena Selamat positif Corona.

"Menggunakan kayu dan bambu sebagai upaya menjaga jarak agar tidak tertular COVID-19 cara saya bersama warga untuk mengamankan Selamat Sianipar," jelas Erik.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads