Dewan Pers mengungkap pandemi COVID-19 merupakan persoalan baru yang harus diselesaikan dengan cara baru. Dewan Pers menyebut persoalan COVID-19 ini bukan lagi persoalan pribadi, namun persoalan bersama.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Pers M Nuh dalam acara 'PWI Bermunajat: Mengetuk Pintu Langit'. Acara ini turut dihadiri secara virtual oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin beserta jajaran PWI pusat hingga daerah.
Saat memberi sambutan, M Nuh mengungkapkan COVID-19 merupakan persoalan baru. Karena itu, dia meyakini cara merespons kondisi turbulensi seperti sekarang tidak bisa menggunakan logika-logika masa lalu atau usang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena COVID ini persoalan baru, approach-nya pun baru. Tentunya yang lama bisa dipakai, tetap kita pakai," kata M Nuh mengawali sambutannya, Sabtu (24/7/2021).
M Nuh mengungkapkan salah satu cara baru yang bisa dilakukan adalah pendekatan kebersamaan. Dia berpendapat persoalan pandemi COVID-19 bukan lagi persoalan pribadi, melainkan persoalan bersama yang harus diselesaikan secara bersama-sama.
"Nah, salah satu approach kompleks itu lintas komponen bangsa. Intinya kebersamaan, partisipasi dari masyarakat keseluruhan menjadi kunci pada saat menyelesaikan persoalan kompleks ini. 'Saya' tidak ada, yang ada adalah 'kita'," kata M Nuh menekankan.
"Ketika persoalan saya menjadi persoalan kita, maka aktornya adalah kita, bukan saya. Yakinlah, dengan kekitaan itu, persoalan rumit pun insyaallah bisa diselesaikan, ditambah lagi hari ini kita bermunajat kepada Allah. Hakikatnya yang bisa menyelesaikan persoalan itu Allah, yang bisa menyembuhkan itu Allah," imbuhnya.
Lebih lanjut, M Nuh juga sepakat dengan pernyataan tentang perang melawan COVID-19. Menurutnya, begitu peperangan dimulai, tidak boleh ada kata menyerah terhadap COVID-19.
"Begitu kita declare melawan COVID, harus kita berlindung kepada Allah. Jangan menjadi desersi, desersi sosial maupun spiritual," ucapnya.
Terkait hal ini, M Nuh menyerukan sebisa mungkin ikut berpartisipasi perang melawan COVID-19 baik di hulu maupun di hilir. Salah satu persoalan akibat COVID-19 adalah bermunculan anak-anak yatim.
"Saya menghitung berapa yatim baru per 2 Juli kemarin, itu hampir 50 ribu. Kalau ditambah sekarang 1.500 tiap hari yang meninggal, bisa jadi sudah 70 ribu yang yatim baru," sebutnya.
(maa/jbr)