Kasus baru Corona di Indonesia pada Jumat (23/7) tercatat 49 ribu dengan kasus kematian mencapai rekor baru. Epidemiolog Griffith University, Australia, Dicky Budiman tidak menyarankan pemerintah untuk melonggarkan PPKM pada 26 Juli nanti.
"Belum sebetulnya (bagi) kita waktu untuk melonggarkan ini (PPKM) tentunya," ujar Dicky kepada detikcom, Jumat (23/7/2021).
Hal ini dikarenakan jumlah kasus infeksi di Indonesia masih tinggi-tingginya. Bahkan, terang Dicky, kasus Corona harian RI sedang menuju puncaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Dicky menyadari PPKM sangat berdampak pada ekonomi masyarakat. Ia menyarankan agar pemerintah juga menguatkan testing, tracing, dan treatment.
"Oleh karena itu saya memberi opsi solusi saran pertama bahwa kita kembali pada memilih strategi yang memiliki daya ungkit yang besar terhadap semua sektor baik kesehatannya, maupun ekonomi. Apa itu? yaitu testing, tracing, dan karantina, treatment yang harus luar biasa sekarang harus ekstrem kita lakukan misalkan satu juta tes per hari dan merata terutama fokusnya tentu di Jawa, Bali, sama Madura itu wajar," imbuh Dicky.
Selain itu, vaksinasi juga harus digenjot pemerintah. Untuk beberapa aturan, Dicky setuju pemerintah meneruskan kebijakan work from home.
![]() |
"WFH 100% untuk yang memang sektor bisa dirumah," ujar Dicky.
Pakar epidemiologi UGM Citra Indriani juga menyebut PPKM tidak perlu dilonggarkan. Meski begitu, katanya, bantuan dari pemerintah juga harus disalurkan secara cepat ke masyarakat yang terdampak.
"Saya kira masih perlu diperpanjang ya, belum saatnya untuk (PPKM) dilonggarkan sekarang, perlu diimbangi dengan gelontoran bantuan untuk masyarakat," terang Citra.
Diketahui, Indonesia kembali mencatatkan rekor kematian dan kesembuhan pada Jumat (23/7). Ada 1.566 pasien Corona dinyatakan meninggal dunia dan 38.988 pasien dinyatakan sembuh kemarin.
Kasus baru Corona kemarin, juga terbilang besar, yaitu sebanyak 49.071 kasus.
Tonton Video: Angka Kematian Corona RI Rekor Lagi, Per 23 Juli Ada 1.566 Kasus