KPC-PEN Jawab Anggapan '75 Juta Vaksin Disebar tapi Banyak yang Kekurangan'

KPC-PEN Jawab Anggapan '75 Juta Vaksin Disebar tapi Banyak yang Kekurangan'

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 23 Jul 2021 16:43 WIB
Ilustrasi Vaksin COVID-19 Sinovac (Photo by NICOLAS ASFOURI / AFP)
Ilustrasi vaksin COVID-19 (Foto: AFP/NICOLAS ASFOURI)
Jakarta -

Koordinator Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi (KPC-PEN), Arya Sinulingga, memberikan penjelasan terkait sejumlah daerah yang dikabarkan kekurangan stok vaksin COVID-19. Arya menegaskan ketersediaan vaksin nasional tak perlu dikhawatirkan.

Pernyataan itu disampaikan Arya dalam perbincangan di Instagram jubir Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman, seperti dilihat, Jumat (23/7/2021). Arya awalnya memaparkan mengenai jumlah vaksin yang dimiliki Indonesia.

"Jumlah vaksin kita itu totalnya saat ini mencapai 127,9 juta itu yang siap, yang siap divaksin. Sementara vaksin yang ada itu 151 juta bang. Kan kita ada yang bentuknya bulk, ada yang siap jadi," ujar Arya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah jadi 28,4 juta yang siap suntik yang dari yang AstraZeneca dan lain-lain itu. Kemudian ada 99 juta yang dia udah siap suntik dari bio farma. Jadi ada sekitar 30 juta hampir 40 juta itu yang dia itu lagi diproses di bio farma. Jadi total sebenarnya 151 juta bang, masih banyak ini yang ada," sambung Arya.

Dari jumlah vaksin itu, Arya mengatakan sebagian besarnya sudah dikirim ke daerah-daerah. Selain itu, ada stok sekitar 50 juta vaksin.

ADVERTISEMENT

"Jadi 75 juta hampir 77 juta yang sudah dikirim sampai ke daerah-daerah Bang. Stok kita yang siap vaksin itu ada 50 juta lagi siap vaksin," ujar Arya.

Masalah di Lapangan

Arya kemudian mengungkap masalah yang ditemui di lapangan soal distribusi vaksin COVID-19. Menurut dia, ada daerah yang cepat menyuntikkan vaksin tersebut dan ada juga yang kurang cepat.

"Di mana problemnya, ini yang saya lihat di lapangan setelah dikirim ke satu provinsi misalnya itu dikirim ke semua kabupaten, sesuai dengan proporsi jumlah penduduknya. Nah ketika dikirim ke sana, di sini ada yang terserap cepat, ada yang nggak terserap cepat. Yang terserap cepat ini minta lagi. Nah yang kadang-kadang butuh waktu lagi untuk pengiriman. ," ujar Arya.

Arya menjelaskan stok vaksin yang masih di satu daerah itu tidak bisa ditarik dan dialihkan ke daerah lain. Hal itu dikarenakan vaksin sudah dikirim ke level puskesmas.

"Nah yang kadang-kadang juga kita lihat kenapa bisa ya provinsi tersebut vaksinnya masih ada stoknya tapi kok ada daerah yang kurang. Karena apa? karena ada kabupaten yang terserap cepat dan ada kabupaten yang nggak terserap cepat itu. Kalau mau ditarik nggak bisa lagi karena dihitung provinsinya ada, kalau dilihat kabupatennya nggak bisa ditarik kenapa nggak bisa tarik? karena itu sudah menyebar sampai level puskesmas, kan ditarik nggak bisa bang," ujar Arya.

Atas hal itu pun, banyak orang yang bertanya mengapa 75 juta dosis vaksin sudah disebar tapi ada daerah yang kekurangan. Menurut Arya, salah satu masalahnya adalah soal penyerapan vaksin itu.

"Jadi misalnya di suatu daerah sudah ada 500 ribu vaksin tapi yang tervaksin baru 300 ribu, loh kemana 200 ribu kok nggak kepakai? padahal ini provinsi masih minta juga karena ada yang kurang, karena yang tadi itu karena sudah disebar proporsional sesuai jumlahnya. Ada yang cepat pemakaiannya, penyuntikannya. Ada yang lama, sehingga orang bingung kok bisa 75 juta udah tersebar kok masih banyak yang kurang, ya gara-gara itu bang, jadi itu faktor-faktor," beber Arya.

Simak juga video 'Suplai 8 Juta Vaksin Sinovac untuk Geber Program Vaksinasi RI':

[Gambas:Video 20detik]



Kekurangan Nakes

Arya juga menjawab terkait sebagian orang antre untuk vaksinasi. Dia mengatakan salah satu faktornya adalah jumlah tenaga kesehatan (nakes).

"Memang ini semua bertahap, ada bertahap memang karena kita ketahui ini vaksin kan bukan minum bang, kalau diminum tadi gampang. Ini disuntik, kalau disuntik butuh orang yang bisa menyuntik, nah kita sekarnag ini adalah menggenjotnya adalah di urusan nakesnya ini yang memang kita seperti yang kami lakukan. Saya lagi vaksinasi Bang, bikin di Medan sekitar 6 ribu orang divaksin per hari," ujar Arya.

Selain itu, Arya mengatakan pengiriman vaksin juga membutuhkan waktu. Sebab vaksin harus disimpan di tempat khusus.

"Nah ini ada yang sampai 3 hari 4 hari 5 hari terpaksa antre kenapa? karena nakes kita kan udah kemampuannya sehari cuma 6 ribu di situ, nggak mungkin ditambah lagi. Kalau ditambah nggak bisa lagi kan, nakesnya juga tidak mencukupi untuk itu jadi memang ini nakesnya," ujar Arya.

"Yang harus dipahami juga kenapa ada antrean berapa hari atau ada 3 minggu 2 minggu karena lebih kepada ketersediaan nakesnya walaupun memang ada juga dia vaksinnya mungkin belum terkirim karena kan ada yang habis dikirim lagi habis, kan dikirimnya dari Bandung gitu ya. Karena itu kan tidak bisa dikirim-kirim gitu aja, karena untuk menyimpan kan ada tempat khusus menyimpan vaksin itu," imbuh Arya.

Halaman 2 dari 2
(knv/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads