Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur, ditutup sementara selama penerapan PPKM darurat untuk menekan laju penyebaran Corona di DKI Jakarta. Sejumlah tukang servis HP di PGC pun harus turun ke jalan menawarkan jasanya.
Para tukang servis HP itu mengeluhkan biaya listrik yang harus tetap dibayar padahal kios mereka tutup selama PPKM darurat. Salah satu tukang servis HP, Teguh (35), mengatakan kiosnya tutup saat PPKM darurat, tapi biaya sewanya tetap harus dibayar.
"Karena kan harus bayar listrik, bayar toko juga. Tetap bayar, terus kita nyari uang dari mana untuk nutupi itu ya? Biaya sewa tetap jalan, tapi kios ditutup," kata Teguh di PGC, Jakarta Timur, Rabu (14/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teguh dan rekan-rekannya kemudian turun ke pinggir jalan sejak PPKM darurat dimulai. Dia mengaku tak mungkin diam di rumah saja, sedangkan tak ada uang untuk makan.
"Ya nyusahinlah. Semua masyarakat juga akui itu. Kita nggak boleh keluar, karena takut mati, di rumah kita nggak makan juga mati. Mendingan kita keluarlah kalau perut udah ngomong mah. Kita juga kan perlu makan. Belum buat bayar kontrakan. Kalau kita tak bayar kita diusir, sama aja gelandang banyak," kata Teguh.
Teguh juga mengaku harus berhadapan dengan petugas lantaran lapaknya berada di atas trotoar di samping PGC. Dia menyebut Satpol PP kerap menertibkan para tukang servis HP dengan alasan membubarkan kerumunan.
"Kalau pagi ya sering. Alasan mereka jangan berkerumun, tapi padahal ini kan servis doang, take away juga," ujar Teguh.
Teguh berharap pengelola PGC dapat meringankan ataupun menggratiskan biaya sewa kios. Selain itu, dia berharap situasi dapat kembali normal dan PPKM Darurat bisa segera selesai.
"Semua itu diringankan semuanya digratiskan. Kalau langsung baru masuk langsung disuruh bayar ya duit dari mana, sedangkan nyari duit sampingan gini aja susah," cerita Teguh.
"Masa disuruh puasa 2 minggu, urusan perut nggak bisa toleransi. Mereka enak ngomong (perpanjangan PPKM) punya gaji, lah kita siapa yang gaji," lanjutnya.
Tukang servis HP lain bernama Asep (32) turut mengeluhkan hal serupa. Dia masih tetap harus membayar tagihan listrik padahal saat ini kiosnya ditutup.
"Ya tetap, bayar listrik itu paling kecil Rp 1,5 juta harus bayar," tutur Asep.
Ini kedua kalinya Asep turun ke pinggir jalan menawarkan jasanya. Asep mengaku pusing karena kebutuhan sehari-hari yang susah tercukupi.
"Kerasa bangetlah, pusing banget, belum kontrakan, belum makan, belum bayar listrik di atas juga itu kan juga harus bayar. Pernah, tahun kemarin pernah, dampaknya sama," ucap Asep.
Asep berharap tutupnya PGC akibat penerapan PPKM Darurat tidak berlarut-larut. Dengan begitu, dia bisa kembali membuka kios servis HP-nya.
"Ya cuma berdoa, semoga bisa cepat dibuka itu aja, saya diberatkanlah kalau gitu, mending kalau masih jomblo, ini saya udah punya anak satu, bini satu, kontrakan aja Rp 1,2 juta per bulan, belum makan sehari-hari buat anak," tuturnya.
Simak video 'Mal Ditutup, Tukang Servis HP di PGC 'Turun' ke Jalan':