Ketua DPR RI Puan Maharani menegaskan masih ada harapan untuk Indonesia bisa mengatasi pandemi COVID-19. Puan berpesan kepada semua elemen masyarakat agar tidak saling tuding dan menyalahkan.
"Tumbuhkan, pupuk, dan jaga selalu nyala api optimisme bangsa kita di tengah ancaman COVID-19. Jangan saling tuding atau justru menyalahkan pihak-pihak yang sedang dan terus bekerja keras untuk menangani pandemi ini, demi menyelamatkan anak bangsa," kata Puan Maharani seperti dalam keterangan tertulis, Senin (12/7/2021).
Puan menegaskan virus corona menginfeksi tanpa memandang suku, agama, ras, dan kelompok. Karena itu segala perbedaan harus dikesampingkan untuk bersama-sama melawan pandemi COVID-19.
"Singkirkan dulu segala perbedaan itu untuk menjawab persoalan kemanusiaan ini dengan berempati dan bergotong-royong, agar kita bisa melakukan yang terbaik untuk ikut membantu menanggulangi wabah ini," ujar Puan.
Seperti diketahui, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia kembali meningkat beberapa waktu belakangan. Para ilmuwan menyatakan adanya COVID-19 varian Delta telah masuk ke Indonesia. Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, kasus COVID-19 per 11 Juli 2021 ada tambahan 35.094 kasus, sehingga total kumulatif kasus COVID-19 di RI menjadi 2.491.006.
Dalam periode yang sama, tercatat kematian dan total angka kematian. Sementara itu, pasien yang tercatat sembuh mencapai 826 orang dan totalnya adalah 65.457 juta orang. Untuk penambahan pasien sembuh sebanyak 28.561 orang. Dengan demikian, total pasien yang telah sembuh adalah 2.052.109 orang.
Puan menekankan bahwa harapan untuk Indonesia kembali seperti sedia kala masih ada. Harapan itu tidak akan pupus karena Puan melihat semangat saling membantu antarwarga masih membara.
"Kita melihat masih ada harapan untuk Indonesia pulih, karena masih ada semangat yang begitu membara untuk saling membantu, semangat mengasihi yang sakit dan menderita, semangat untuk bahu-membahu melahirkan solusi di tengah pandemi," ujarnya.
Mengutip hasil riset Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), yang dilakukan pada 26 Mei-2 Juni 2021, menunjukkan tingkat resiliensi orang Indonesia pada berbagai tingkat usia cenderung rendah. Padahal resiliensi masyarakat saat ini sangat diperlukan untuk menghadapi tekanan dan ketidakpastian selama masa pandemi.
Dalam penelitian yang dilakukan secara daring tersebut, daya tahan psikis sebagian besar responden turun dengan cepat setelah mengalami peristiwa emosional yang signifikan. Selain itu, sebagian besar responden tidak tahan terhadap stres ataupun sakit.
Sebagian besar responden yang diteliti sulit membuat strategi untuk kembali ke keadaan normal setelah mengalami situasi sulit dan terpukul. Bahkan tidak sedikit yang pesimistis dalam memandang masa depan. Kondisi itulah yang menggambarkan tingkat kapasitas psikologis individu untuk bangkit kembali dari kesulitan, konflik, ketidakpastian, ataupun kegagalan masyarakat cenderung rendah.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya.
(zak/tor)