Menko Polhukam Mahfud Md menjawab kritik PKS soal bantuan oksigen dari pemerintah ke India. Usai kritik dijawab, PKS kini meminta pemerintah mengoptimalkan kapasitas produksi oksigen dalam negeri.
Mulyanto menjelaskan, berdasarkan data BPS impor gas RI menurun tajam sejak 2017-2020. Dari impor sebesar 3.9 juta ton pada 2017, melorot menjadi hanya sebesar 1,3 juta ton pada 2020.
Dengan produksi gas oksigen dalam negeri yang sebesar 640 juta ton per tahun, maka impor gas oksigen RI hanya 0,2 persen. Artinya, sebesar 99,8 persen kebutuhan gas oksigen kita dipenuhi dari pengadaan domestik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, memang produksi gas oksigen kita cukup, sesuai data produksi dan impor di atas, sehingga memungkinkan kita mengirimkan bantuan tersebut (bantuan oksigen ke India pada Mei 2021 lalu)," kata Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, Mulyanto, kepada wartawan, Jumat (9/7/2021).
Mulyanto menuturkan saat ini kebutuhan oksigen Tanah Air meningkat. Anggota Komisi VII DPR itu meminta pemerintah cermat mendata jumlah permintaan dan mengoptimalkan kapasitas produksi oksigen.
"Sekarang kebutuhan meningkat. Untuk itu perlu pendataan demand secara akurat dan optimalkan kapasitas produksi. Juga soal distribusi dan transportasi," sebut Mulyanto.
Baca pernyataan Menko Polhukam Mahfud Md menjawab kritik PKS di halaman berikutnya.
"Terkait dengan isu pemberian bantuan oksigen dari Indonesia ke India pada bulan Mei yang lalu, saya kira kalau kita membaca pemberitaan membaca sejarah tentang hubungan antarnegara itu tidak menjadi masalah. Karena Indonesia pun sering mendapat bantuan. Di dalam dunia internasional, itu biasa kalau ada suatu negara itu kena musibah, ya kita bantu," ujar Mahfud dalam keterangan pers yang disiarkan di YouTube Kemenko Polhukam, Jumat (9/7).
Mahfud juga menyebut Indonesia telah menerima berbagai bantuan dari internasional dalam pandemi COVID-19 ini. Ketika terjadi lonjakan kasus di Indonesia seperti saat ini, banyak negara juga telah menawarkan bantuan, dari mulai oksigen hingga pemberian vaksin.
"Jangan hanya menghitung kita sudah mengeluarkan yang kita butuh, kita juga dibantu, dan pada saat kita membantu itu dulu Indonesia itu tidak sedang mengalami eksponensial seperti sekarang ini. Sekarang pada saat kita mengalami eksponensial beberapa negara sudah menawarkan bantuan, itu biasa dalam hubungan internasional dimana setiap negara itu punya program kemanusiaan, sekarang itu sudah ada misalnya rencana-rencana bantuan yang masuk ke kita, tabung oksigen," papar Mahfud.