Grogi Senjata Diganti Pulpen

Eks TNA:

Grogi Senjata Diganti Pulpen

- detikNews
Rabu, 22 Mar 2006 16:36 WIB
Lhokseumawe - Lama hidup bergerilya di hutan sambil memanggul senjata, kini harus berhadapan dengan peradaban. Para eks Tentara Nanggroe Aceh (TNA) pun merasa grogi.Konflik selama 30 tahun antara RI dengan GAM membuat para mantan militer Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini lihai memainkan bedil, bertempur, bersembunyi di hutan, mengatur strategi serangan, dan hidup di alam yang keras.Namun dua peristiwa penting kemudian mengubah garis hidup mereka secara drastis: gelombang dahsyat tsunami dan MoU damai RI-GAM.Senjata mereka dilucuti dan TNA pun dibubarkan. Sebagai gantinya, mereka disodori pulpen dan buku. Tentu sulit rasanya karena tidak terbiasa. Apalagi masih harus diajari pula caranya.Kerumitan hidup eks TNA tidak berhenti sampai di situ saja. Berinteraksi dengan masyarakat jadi perjuangan baru. Kalau biasanya hidup dengan adu otot, kini harus dengan gaya bersosialisasi ria, meski berbagai social clash kadang tak bisa dihindari.Belum lagi jika harus berpapasan dengan milisi, rival sewaktu berkonflik. Kalau dulu langsung dar-der-dor, tentunya di masa damai tak mungkin lagi dilakukan. Bagaimana kiat mereka mengatasinya?Saat ditemui di Kantor Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Samudra Pase, Jl Medan, Lhokseumawe, Aceh Utara, pada Kamis 16 Maret 2006, ada sekitar 20 eks TNA dan eks napi GAM yang berada di lokasi.KPA merupakan bentuk transformasi TNA yang dimobilisasi untuk kembali ke masyarakat. Badan ini bekerjasama dengan pemda setempat untuk mengelola kemaslahatan eks TNA.Meski mencoba menyunggingkan senyuman kepada para jurnalis Jakarta, namun wajah keras dengan rahang terkatup para eks TNA tersebut lebih dominan.Bangunan permanen yang belum bercat yang mereka tempati itu membuat suasana terkesan suram. Saat bersalaman, sorot mata tajam mereka agak bikin deg-degan. Nyaris tak ada cakap-cakap kata.Penampilan mereka memang terlihat rapi dengan kemeja lengan pendek maupun panjang. Namun tetap saja guratan keras para pria berkulit coklat gelap tersebut begitu jelas terlihat. Tegang rasanya.Syukurlah Ketua Aceh Monitoring Mission (AMM) Aceh Utara Jorma Gardemeister segera mencairkan suasana dengan perkenalan. Pria Finlandia ini tampak lihai memainkan peran "The Negosiator" meski harus menggunakan penerjemah."Tentu saja awalnya kaku dan tegang. Tapi lama-lama kekakuan itu pasti melebur. Semuanya butuh proses. Pertemuan awal antara eks TNA dengan TNI, Polri dan muspida setempat juga kaku, tapi sekarang sudah bisa lebih harmonis," cerita Jorma sebelumnya.Nyesss... hati baru terasa lega dan rileks begitu para eks TNA mengakui sebenarnya masih agak kikuk mengalami perubahan. Tutur bahasa mereka yang santun ala melayu jadi terdengar merdu, meski nada semangat sesekali juga masih terdengar."Kita tadinya kan pegang senjata, sekarang pegang buku, pegang pulpen kan, jadinya harus diajari dulu kan," ucap Ketua KPA Wilayah Samudra Pase Tengku Zulkarnaini dengan polos. Rekan-rekannya tampak mengangguk dengan gaya yang masih kaku.Diakuinya, reintegrasi GAM ke masyarakat banyak sekali kendala. Pemerintah janjinya akan memberikan dana reintegrasi dan penunjang lain terhadap kehidupan eks TNA. Tapi ternyata di lapangan secara keseluruhan belum berjalan."Ekonomi kita sangat susah. Soal pekerjaan, kita pindah dari satu posisi ke posisi yang lain, banyak kekurangan, butuh waktu yang panjang. Soal belajar ketrampilan, secara khusus dan riil dari pemerintah belum ada, yang ada justru dari NGO," tutur Zulkarnaini.Pernah berbenturan dengan masyarakat selama membaur? "Sekali-sekali ada juga. Namanya manusia, mana mungkin ndak ada. Tapi itu bisa kita selesaikan secara mufakat," ucapnya.Namun wajah Zulkarnaini agak menegang ketika ditanya soal milisi. "Sewaktu perang mereka digunakan pihak TNI. Milisi itu tanggung jawab yang memakai," cetusnya lalu terdiam sesaat mengatur nafas."GAM biasa saja. Tidak ada konflik dengan mereka, kecuali mereka ada masalah dengan masyarakat, itu pun harus diselesaikan sendiri, dengan kita tidak ada kok," ujarnya dengan nada lebih santai.Namun diakuinya, sejauh ini pihaknya belum pernah bertemu maupun berinteraksi dengan milisi. "Yang penting pihak kami sungguh-sungguh menyambut MoU damai, itu saja," ucapnya mantap.Obrolan selanjutnya pun berlangsung agak lebih santai. Sudah bisa berkenalan dan saling tertawa lebar ketika mereka mengoreksi jurnalis yang menyebut mereka sebagai eks GAM. "GAM-nya belum bubar loh, baru TNA-nya," celetuk Zulkarnaini dengan ramah, diiringi tawa lepas rekan-rekannya. Fiuhhh... melebur itu memang benar-benar butuh proses. Foto:Pertemuan eks TNA dengan jurnalis Jakarta diprotokoli Jorma Gardemeister (sss/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads