Pemerintah Singapura berbagi peran dengan masyarakat dalam menghadapi Covid-19 di negaranya. Tokoh-tokoh agama di Negeri Singa itu juga berperan aktif dalam upaya bahu-membahu mengatasi penularan virus berbahaya itu.
"Kelompok-kelompok agama memainkan peran dalam mengedukasi umat. Bahkan ketika Indonesia belum memutuskan pembatalan pemberangkatan ibadah haji tahun ini, Majelis Ulama di Singapura lebih dulu memutuskan dan semuanya menerima," kata Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo kepada detikcom.
Masyarakat Muslim di negara itu memahami pandemi masih belum dicabut oleh badan kesehatan dunia (WHO). Jika mereka ngotot berangkat haji itu akan jauh lebih berbahaya.
Ibadah di dalam negeri pun juga dibatasi. Misalnya untuk salat Jumat jemaah harus daftar secara online. Jika sudah mencapai kapasitas 50 persen maka tidak bisa lagi mendaftar. Begitu juga dengan gereja dan rumah ibadah lain. "Di KBRI pun kami terapkan demikian walau sebetulnya ini wilayah Indonesia. Kami ingin membangun kesadaran bersama," jelas pria yang akrab disapa Tommy ini.
KBRI di Singapura menetapkan batas jemaah yang ikut salat Jumat hanya 40 orang. Jadi setiap Jumatan di masa pandemi bisa dua shift.
Diakui Tommy, kondisi seperti ini memang tidak mengenakan tetapi kita tidak boleh hanya sekedar menyalahkan dan kemudian berkeluh kesah. Tetapi ini adalah bagian dari ujian yang harus dilewati setiap umat manusia apa pun agamanya.
"Ini yang dibangun oleh Singapura. Berkomunikasi dengan publik itu dilakukan Oleh Perdana Menteri, Presiden, dan para menteri sehingga masyarakat paham," kata Tommy.
Pengawasan di media sosial Singapura juga bisa dibilang ketat karena negara itu membuat aturan main bahwa orang yang kalau memposting sesuatu yang provokatif, hoax bisa dihukum berat.
(jat/jat)