Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk vaksinasi COVID-19, dr Siti Nadia Tarmizi, memaparkan soal kondisi pandemi di Jawa-Bali. Dia melaporkan situasi pandemi di Jawa-Bali tergolong tinggi.
Siti Nadia awalnya menjelaskan situasi pandemi terbagi dalam 5 tingkat, yakni mulai dari 0 hingga 4. Situasi itu didasarkan pada kecukupan kapasitas respons kesehatan seperti kapasitas testing, tracing, dan pengobatan dibandingkan dengan transmisi penularan virus di wilayah tersebut.
"Level situasi di tingkat 0 adalah situasi di mana wilayah tersebut memiliki kapasitas respons yang memadai dan tak memiliki kasus sama sekali. Dalam hal ini, wilayah tersebut tak perlu mempeketat prokes atau membatasi aktivitas sosial," jelas Siti Nadia dalam siaran langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (7/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, level situasi 4 adalah situasi di mana kondisi transmisi virus sangat tinggi sementara kapasitas respons terbatas. Dan dalam situasi ini prokes masyarakat dan pembatasan sosial harus diperketat agar jumlah kasus turun ke level yang bisa ditangani faskes yang ada.
Nadia mengatakan situasi pandemi di Jawa dan Bali tergolong tinggi. Pemberlakuan PPKM darurat diharapkan dapat menurunkan level transmisi dengan segera sehingga kapasitas respons kesehatan dapat ditingkatkan agar level situasi pandemi menjadi lebih baik.
"Berdasarkan hasil asesmen terakhir, level situasi pandemi di hampir seluruh kabupaten/kota di Jawa dan Bali berada di level 3 atau 4, artinya tingkat penularan masyarakat di lingkungan masyarakat terjadi dengan sangat cepat dan mengakibatkan respons sistem kesehatan yang ada dengan cepat terpakai bahkan sampai terlampaui," ungkapnya.
Dia lalu memaparkan soal kondisi penanganan kasus COVID-19 terkini di Jawa dan Bali. Pada Selasa (6/7), dilaporkan kasus konfirmasi baru di Jawa dan Bali sebanyak 24.801.
"Jumlah ini menurun dari 25.271 kasus di hari sebelumnya," katanya.
Sementara jumlah testing di Jawa-Bali pada 6 Juli berjumlah lebih dari 124 ribu. Artinya meningkat lebih 20 ribu dari sehari sebelumnya.
Nadia mengatakan meski terjadi peningkatan jumlah testing, jumlah ini masih 38% dari jumlah yang ditargetkan untuk dilakukan di Jawa-Bali setiap harinya yaitu sebanyak 324 ribu tes.
Sementara jumlah kasus per 100 ribu penduduk per minggu di kebanyakan provinsi Jawa-Bali masih masuk dalam kategori transmisi komunitas tingkat 3 dan 4. Hanya Jawa Timur dan Banten yang masuk kategori transmisi komunitas tingkat 2.
Berdasarkan indikator kasus rawat, seluruh provinsi di Jawa dan Bali masih berada di transmisi komunitas tingkat 4 dengan jumlah kasus rawat lebih dari 30/100 ribu penduduk per minggu. Kecuali Provinsi Bali yang memiliki keterisian tempat sekitar 50%, tetapi untuk seluruh provinsi di Jawa masih di atas 80%.
Nadia mengatakan positivity rate di Jawa dan Bali juga masih sangat tinggi. Positivity rate adalah persentase jumlah kasus positif COVID-19 dengan membandingkan jumlah tes dengan orang yang positif.
"Positivity rate di Jawa-Bali juga masih sangat tinggi, yaitu 19,9%. Walaupun positivity rate telah menurun dari sehari sebelumnya, sebesar 24,7%. Di tingkat provinsi, pelacakan yang dilakukan masih sangat rendah, yaitu sekurangnya 15 kontak erat per kasus," bebernya.
"Bapak Menteri telah merekomendasikan, agar daerah dengan positivity rate di atas 25%, testing harus dilakukan 15 kali lipat sesuai dengan standar WHO. Dan daerah dengan positivity rate 15-25%, testing dilakukan 10 kali lipat. Dan dengan positivity rate 5-15%, maka testing dilakukan 5 kali lipat," sambungnya.
Simak video 'Imbauan Kemenkes Terkait Hari Raya Idul Adha di Masa PPKM Darurat':