Menteri Penerangan Harmoko disebut sempat ingin menjadi Wakil Presiden yang mendampingi Presiden Soeharto. Namun, upaya Harmoko menuju kursi RI-2 itu digagalkan oleh Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung.
Untuk memilih calon wakil presiden yang akan mendampinginya pada 1998-2003, Soeharto sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar membentuk "Tim Enam". Anggota Tim terdiri dari Ketua Umum Golkar Harmoko, Akbar Tandjung, Ginandjar Kartasasmita, Haryanto Dhanutirto, BJ Habibie dan Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah pertemuan untuk mencari figur calon wapres yang dianggap tepat, Tim Enam menyiapkan sejumlah kriteria. Salah satu kriteria yang mencuat adalah "mendapat dukungan luas dari rakyat". Rupanya Harmoko diam-diam menaruh harapan agar dapat dipilih Soeharto untuk menggantikan Try Sutrisno sebagai wapres.
Hal tersebut sebetulnya dapat dipahami. Sebab dia dipercaya selama tiga periode di jabatan yang dalam kabinet sebagai Menteri Penerangan sejak 1983. Harmoko juga tokoh sipil yang dipercaya memimpin Golkar dengan prestasi mencengangkan.
Di era kepemimpinannya Golkar berhasil meraup suara nasional 74,51 persen. Di belakangnya masing-masing PPP dengan membukukan 22,43 persen, dan PDI cuma meraup 3,06 persen.
Menyadari hal itu, Feisal lantas memasukkan kriteria tentang "menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman internasional." Tujuannya tentu agar bisa mengerucut ke Habibie. Maklum Feisal telah mengenal Habibie sejak masih di Jerman.
Hasilnya terhimpun 13 usulan kriteria yang kemudian dibawa ke dalam forum rapat tiga jalur Golkar. Pesertanya adalah Harmoko dan Ary Mardjono (Sekjen Golkar), Yogie SM (Menteri Dalam Negeri/Birokrasi), dan Sutoyo NK (Dirjen Sospol), Letjen Yunus Yosfiah serta Mayjen Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai Kassospol dan Assospol Kassospol ABRI. Forum memperdebatkan dengan sengit usulan kriteria tersebut.
Usai rapat, Feisal meminta kepada Yunus dan Bambang, untuk tetap memasukkan dua kriteria usulannya tadi. "Saya yang akan mempertanggungjawabkan masukan itu kepada Pak Harto," kata Feisal meyakinkan kedua stafnya tersebut seperti ditulis dalam biografi, "Feisal Tanjung, Terbaik untuk Rakyat - Terbaik untuk ABRI" karya Usamah Hisyam dkk.
Siasat Feisal berhasil. Ketika beberapa hari kemudian pimpinan tiga jalur Golkar berkonsultasi dengan Soeharto mengenai kriteria calon wapres, dua kriteria yang merupakan usulannya masuk dalam 13 kriteria yang diumumkan Harmoko kepada pers kemudian. Meski demikian, sebagian publik tetap menafsirkan bahwa kriteria itu tak mutlak mengarah pada BJ Habibie.
Tak mau berspekulasi, di kemudian hari Feisal merasa perlu mendapatkan konfirmasi langsung dari Soeharto tentang figur yang benar-benar diinginkannya lewat kriteria tersebut. "Habibie," jawab Soeharto.
Simak video 'Harmoko: 14 Tahun Jadi Menteri Penerangan hingga Ketua MPR Era BJ Habibie':
Feisal pun menyampaikan sikap Presiden Soeharto itu kepada Habibie yang telah dikenalnya saat dirinya masih Mayor. Kala itu, 1971, Feisal menempuh pendidikan di Seskoadnya tentara Jerman di Hamburg.
Selain Habibie, Feisal juga menemui Harmoko yang dilihatnya berambisi menggantikan Try Sutrisno sebagai pendamping Soeharto. Dengan sangat hati-hati, Feisal Tanjung menyampaikan informasi bahwa yang dikehendaki Soeharto adalah Habibie.
"Pak Harmoko, saya sudah diberi tahu Pak Harto, bahwa yang akan menjadi wakil presiden, bukan bapak," ujarnya. "Kalau Bapak maju, saya tidak dapat mengamankan," tambahnya.
"Tapi kepada saya, beliau tidak bilang apa-apa," Harmoko menukas. "Menurut beliau, Bapak di DPR/MPR," balas Feisal.
"Kelihatannya saya masih diberi kesempatan," timpal Harmoko. "Kalau Bapak tidak percaya, silakan saja menghadap beliau," ujar Feisal.
Harmoko akhirnya tahu diri. Dia menerima jabatan Ketua DPR/MPR. Sedangkan Habibie dilantik sebagai wapres mendampingi Soeharto.
Harmoko Wafat
Kini, sosok menteri yang moncer di era Presiden Soeharto itu telah pergi. Seperti diketahui, Harmoko meninggal dunia pada Minggu (5/7) kemarin. Pada pagi tadi, keluarga sudah menggelar salat gaib untuk Harmoko di rumah duka.
Jenazah Harmoko direncanakan akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jaksel. Pemakaman akan dilakukan siang ini.