Cerita Relawan Saat Paling Menyedihkan Selama Rawat Pasien COVID-19

Cerita Relawan Saat Paling Menyedihkan Selama Rawat Pasien COVID-19

Annisa Rizky Fadhila - detikNews
Selasa, 29 Jun 2021 16:11 WIB
Menandai 1 tahun beroperasinya RSDC Wisma Atlet, sejumlah nakes dan pasien kompak membentuk orkestra dengan instrumen angklung.
Ilustrasi nakes (Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Shofu (27), salah satu dari banyaknya relawan yang berjibaku membantu penanganan pandemi Corona, menceritakan momen menakutkan hingga mengharukan selama merawat pasien COVID-19. Dia mengaku selalu dibayangi rasa takut terpapar sekaligus sedih saat tidak berhasil menyelamatkan pasien COVID-19 selama menjadi relawan sejak awal pandemi.

Awalnya Shofu menceritakan salah satu kendala yang sering ia hadapi ketika merawat pasien COVID-19. Menurutnya, kendala itu dari ruangan yang terbatas hingga tidak adanya SDM, sedangkan pasien yang dinyatakan positif COVID-19 terus bertambah.

"Obat dan tabung oksigen juga mulai menipis. Karena kan jumlah pasien membeludak, jadi tidak terkendali. Belum lagi jam kerja nakes yang bertambah, sehingga kita semakin sering terpapar oleh pasien yang positif," kata Shofu selaku relawan yang membantu pasien COVID-19 saat detikcom hubungi, Selasa (29/6/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun sempat takut kala merawat pasien COVID-19. Karena selalu berinteraksi dengan pasien, Shofu khawatir membawa virus dan menularkannya ke keluarga. Namun hal itu dapat ia tangani dengan mengetatkan protokol kesehatan.

Saat merawat pasien COVID-19, tak jarang ia mendapat pengalaman berharga. Dalam merawat pasien, sambung Shofu, sesekali ia mendapat permintaan ekstra dari pasien.

ADVERTISEMENT

"Ada satu-dua pasien yang punya permintaan ekstra. Tapi, karena sekarang pasien COVID-19 lagi banyak, saya sudah nggak ingat permintaan individual dari pasien apa saja," kata dia.

Selama kurang-lebih setahun merawat pasien COVID-19, ada pengalaman yang membekas dalam diri Shofu. Ia mengaku sedih saat pasien gagal diselamatkan. Sering kali ia iba dan tidak tega memberi tahu keluarga terkait kematian pasien.

"Saya sedih kalau harus menjelaskannya kepada suami, istri, anak, orang tua atau keluarga yang bersangkutan sudah berpulang. Tapi kemudian saya harus tetap kerja karena tugas dan pasien masih banyak menunggu," ujarnya.

"Mungkin bukan pengalaman mengesankan, dan ini dialami oleh seluruh nakes. Tapi, bagi saya, hal seperti ini sulit dilupakan," tuturnya.

Senada, Niken (25) selama enam bulan sudah terlibat membantu pasien COVID-19. Dalam menangani pasien COVID-19, ia kerap kewalahan lantaran jumlah pasien yang membeludak. Ia harus rela menanggalkan waktu luang demi menolong pasien yang terpapar.

"Kalau kewalahan, ya kewalahan. Tapi ya balik lagi, mereka (pasien) butuh pertolongan. Kan istilahnya nggak tega biarin mereka berjuang sendiri, nggak ditolong," ujar Niken.

Dalam membantu pasien COVID-19, salah satu pengalaman yang cenderung berkesan ialah melihat pasien sembuh. Pasien kerap menangis dan bahagia karena dinyatakan sembuh. Bahkan, kata Niken, salah satu pasien yang pernah ia rawat memberikan pelukan dan bingkisan sebagai kenangan.

"Ya pasien bilang makasih, makasih gitu. Kita juga terharu dan apa ya, bersyukur bisa menyelamatkan nyawa orang. Setidaknya kita sudah bisa menolong dan jasa kita bisa dirasakan oleh orang lain," ujarnya.

Tonton juga Video: Cerita Ben Kasyafani Terpapar COVID-19 di Lokasi Syuting

[Gambas:Video 20detik]



(maa/maa)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads