Sifat Tamak yang Harus Dihindari

Kolom Hikmah

Sifat Tamak yang Harus Dihindari

Aunur Rofiq - detikNews
Jumat, 25 Jun 2021 07:00 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Tamak merupakan salah satu sikap rakus yang sangat dilarang dalam ajaran Islam. Karena sifat tamak akan memberi dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Tamak juga merupakan salah satu penyakit hati. Adapun yang menggoda seseorang untuk berbuat tamak bisa karena harta dan kekuasaan.

Sebab Tamak karena harta, manusia pada umumnya sangat mencintai harta, tidak merasa puas dengan harta yang sedikit maupun yang banyak, terus mencari harta dan manusia sesungguhnya sangat tamak pada harta dan senang memanjangkan angan-angan.

Ini firman Allah Swt dan sabda Rasulullah :
"Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan." ( QS Al-Fajr [89] : 20 ). "Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan". ( QS. Al- Adiyat [100] : 8 ).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta."

Harta menjadikan tujuan sehingga seseorang menjadi sangat mencintainya, lupa bahwa sifat harta ini adalah fana. Sebetulnya harta yang dimiliki seorang hambah adalah hartanya yang digunakan untuk sedekah dan harta yang digunakan pada jalan Allah lainnya. Pakaian yang bermerk terkenal dan asesorisnya akan habis terpakai. Makan makanan di restauran yang premium dengan sekali makan berharga jutaan rupiah per orang, terasa enak di lidah hanya sebentar dan nantinya habis terbuang. Dalam firman Allah diatas jelas sekali bahwa kita diingatkan untuk tidak mencintai harta yang berlebihan. Harta diperlukan dalam kehidupan dan jadikanlah harta ini menjadi sarana bekal akhirat nanti. Harta dan panjang angan-angan membuat seorang hamba dengan hati yang tua renta menjadi muda karena keduanya.

ADVERTISEMENT

Kecintaan terhadap harta, terbukti telah banyak menggelincirkan para pemimpin (daerah maupun kementerian). Cara hidup atau gaya hidup yang hedonis dan menjadikan seperti saling berlomba, hal ini mempercepat seseorang yang 'mempunyai wewenang' untuk berkreasi dalam mendapatkan harta. Jika seorang hamba yang telah tergelincir dengan hukum dunia telah terhukum, namun dalam hatinya masih merasa benar, bagaimana nanti hisabnya dikehidupan kekal kelak ? Semoga Allah memberikan hidayah agar hatinya menjadi lembut dari hati yang keras.

Panjang angan-angan, merasa masih berusia panjang adalah penyakit berbahaya dan kronis bagi manusia. Jika penyakit ini menjangkiti seorang Hamba, maka itu akan membawa kepada indikasi yang lebih serius. Misalnya ia mulai menjauhi perintah Allah Swt, enggan bertaubat, cinta kepada dunia, lupa akan kehidupan akhirat yang abadi, dan membuat hati menjadi keras. Manusia tidak akan pernah puas terhadap apa yang sudah diperolehnya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, seandainya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah.' Kemudian Allah mengampuni orang yang bertaubat." ( Diriwayatkan Al-Bukhari ).

Adapun orang yang tamak kepada harta dan tidak menggunakannya di jalan Allah Swt. maka orang yang demikian pasti celaka dan binasa. Ia akan mengalami kesusahan di dunia dan akhirat. Penggila harta dan pecinta dunia yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat adalah orang yang paling kurang beruntung. Sebab, ia lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, lebih mengutamakan tidur daripada terjaga, lebih mengutamakan bayang-bayang yang segera hilang daripada kenikmatan yang kekal, lebih mengutamakan rumah yang segera binasa daripada tempat tinggal yang kekal, dan menukar kehidupan yang abadi nan nyaman dengan kehidupan yang tidak lebih dari sekedar mimpi atau bayang-bayang yang segera hilang.

Sebab tamak karena kekuasaan, kita simak sabda Rasulullah dan Firman Allah Swt. Sabda Rasulullah, "Sesungguhnya kalian akan berambisi kepada kempemimpinan. Dan hal itu nantinya akan jadi penyesalan pada hari Kiamat, maka kenikmatan (bayi) yang menyusu dan kejelekan (bayi) yang disapih." ( Diriwayatkan Al-Bukhari ). Kenikmatan bayi yang menyusu maksudnya nikmat mendapat kedudukan, harta, kelezatan yang nyata dan tidak nyata ketika ia mendapatkan kepemimpinan tersebut. Dan kejelekan bayi yang disapih maksudnya ketika ia berpisah (lengser) dari kepemimpinan, apakah dengan sebab kematian atau dengan sebab lainnya, dan juga keburukan ketika mendapatkan hukuman di akhirat atas kepemimpinan tersebut.

Seorang Guru berkata, "Ambisi manusia kepada jabatan dan kedudukan (kepemimpinan) merupakan sebab terjadinya peperangan di antara manusia sampai banyak orang yang terbunuh, harta mereka dirampas dan juga berbagai kerusakan besar terjadi di muka bumi dengan sebab ketamakan manusia kepada kepemimpinan." Rasulullah Saw sudah mengingatkan manusia agar tidak tamak, tidak bercita-cita dan tidak berambisi kepada jabatan dan kekuasaan, karena kalau itu diberikan kepada orang yang tidak berhak menerimanya, atau kepada orang yang tidak mampu atau tidak jujur dan amanah, maka pasti akan terjadi kerusakan di muka bumi dan pemutusan silaturrahim.

Allah Swt berfirman, "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya. ( QS. Muhammad [47] : 22-23 ). Atas peringatan ini sebenarnya menjadi seorang pemimpin bukanlah mudah karena jika membuat kerusakan di muka bumi, maka janji Allah akan jatuh padanya.

Tamak yang disebabkan karena kedudukan / jabatan / kekuasaan, hal ini menjadi daya tarik yang sangat dahsyat, karena jk kekuasaan dipegang maka hartapun mudah didapat. Disini penulis tidak akan memberikan gambaran atau contoh, karena mudah ditemukan di masyarakat.

Ketamakan ini merupakan sikap tercela yang dapat merusak 'ubudiyah. Bahkan menjadi pangkal semua kesalahan. Ketamakan menandakan adanya ketergantungan dan penghambaan manusia terhadap manusia. Disini terlihat kehinaan dan kenistaan dari sikap tamak. Nasihat dari Ibnu Atha'illah, " Tidaklah tumbuh dahan-dahan kehinaan, kecuali dari benih ketamakan." Oleh karena itu, janganlah menanam benih ketamakan dalam hati sehingga tumbuh pohon kehinaan yang dahan dan rantingnya akan bercabang-cabang.

Bagaimana dengan kita? Untuk menghindari sikap tamak ini hendaknya kita memperkuat keyakinan pada sifat-sifat Allah Yang Maha Kuasa, bahwa Dia Maha Pemberi rezeki juga menjamin rezeki semua makhluk. Semoga kita termasuk golongan hamba yang selalu menyakini sifat-sifat Allah tersebut.

Aunur Rofiq

Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )

*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)

(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads