Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel) bersama perusahaan pemegang konsesi lahan menjalankan pembinaan desa tangguh bencana (Destana) berbasis klaster. Hal ini bertujuan untuk memitigasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Desa tangguh bencana dibentuk agar warga dapat melakukan upaya deteksi dini, serta pemadaman dini potensi karhutla.
"Pola kerja dengan sistem keroyokan jadi prioritas, dimana perusahaan diwajibkan untuk menetapkan desa binaannya, setidaknya 13 Destana (Desa Tangguh Bencana) yang dapat menjadi objek binaan," terang Kepala BPBD OKI, Listiadi Martin dikutip dalam keterangan tertulis, Kamis (24/6/2021).
Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten OKI Antonius Leonardo mengatakan prioritas kegiatan pencegahan, melalui penguatan kapasitas manajemen klaster dilakukan dengan berkolaborasi berbagai pihak.
"Konsolidasi ini dapat memperkuat kapasitas lintas sektor untuk lebih berfokus pada pencegahan daripada penangulangan terjadi kebakaran hutan dan lahan melalui pendakatan klaster," jelas Anton.
Ia mengatakan Pemkab OKI mendapatkan dukungan dari United United Nations Environment Program (UNEP), lembaga PBB yang bertanggungjawab pada perbaikan tata kelola lingkungan secara internasional.
UNEP dan Pemkab OKI akan melakukan pemerataan sumber daya Klaster, dalam program bertajuk 'Strengthening Indonesian Capacity for Anticipatory Peat Fire Management' (SIAP-IFM). Program ini diharapkan bisa membuat Ogan Komering Ilir bebas asap di 2021.
"Untuk mencapai target konsesi bebas dari api dan asap, harus diterapkan sistem pencegahan kebakaran hutan secara terintegrasi (integrated fire management) dengan berkolaborasi bersama perusahan yang menjadi klaster leader," papar perwakilan Project Manager SIAP-kemitraan.
Fajar Tripradana.
Fajar menambahkan kegiatan IFM terbagi dalam empat strategi yaitu pencegahan, persiapan, deteksi dini dan respons cepat.
(ega/ega)