Insiden Uncen, Pemerintah Harus Respons Warga Papua
Sabtu, 18 Mar 2006 15:51 WIB
Jakarta - Insiden berdarah di Universitas Cendana (Uncen), Abepura, Jayapura, disesalkan berbagai pihak, termasuk mantan Mendagri Hari Sabarno. Pemerintah diminta merespons keinginan warga Papua.Di sisi lain, baik rakyat maupun mahasiswa yang berunjuk rasa seharusnya tidak mengakhiri dengan cara-cara kekerasan."Itu sudah ada niatan-niatan untuk mencederai, bahkan sampai membunuh," kata mantan Mendagri Hari Sabarno usai Konvensi VI Ikatan Alumni Lemhanas di Kantor Lemhanas, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Sabtu (18/3/2006).Kejadian berdarah di Uncen, imbuh Hari, harus menjadi bagian dari pendidikan karakter dan kultur bangsa agar perilaku dalam berdemokrasi tidak semau-maunya sendiri.Hari juga mengatakan, sebagai tindalan preventif, pihak pemerintah atau aparat, harus merespons setiap kali ada gejolak-gejolak yang kira-kira rawan. "Dibicarakan dan diterima, permasalahannya apa sih. Jadi harus ada komunikasi," ungkapnya.Menurut Hari, masalah di Papua sebenarnya sudah berlangsung lama, mulai dari Jakarta hingga mahasiswa yang mendemo PT Freeport Indonesia di Abepura. Karena itu harus segera ada kanal untuk menyalurkan aspirasi mereka."Kalau nggak lama-lama jadi keras. Jadi respons aparat bukan hanya ke lapangan menghadapi yang fisik, tapi sebelumnya dalam rangka preventif itu bagaimana pembinaan dalam keamanan dan ketertiban masyarakat melalui komunikasi," tuturnya.Mengenai keterkaitan insiden itu dengan ketidakpercayaan masyarakat Papua terhadap pemerintah, Hari mengatakan, karakter kelompok masyarakat setiap daerah suku bangsa tidak sama. Demikian juga dengan bentuk pembangkangannya."Ada yang tidak dengan cara keras tapi slow down lalu mbalelo-nya dengan cara lain," kata Hari.Tapi yang jelas, lanjut dia, kejadian seperti di Papua memang harus menjadi pelajaran berharga agar pembentukan karakter bangsa dalam era demokrasi tidak seenaknya, apalagi yang berbau kekerasan.
(umi/)