PKS Usul Kajian Terkait Keselamatan Kepala Daerah yang Lawan Pengusaha

PKS Usul Kajian Terkait Keselamatan Kepala Daerah yang Lawan Pengusaha

Eva Safitri - detikNews
Minggu, 13 Jun 2021 06:48 WIB
Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PKS Mardani Ali Sera, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/11/2020).
Foto: Mardani Ali Sera (Rahel/detikcom)
Jakarta -

Kematian Wakil Bupati (Wabup) Sangihe, Helmud Hontong dinilai janggal. Anggota Komisi II fraksi PKS, Mardani Ali Sera mengatakan pihak yang curiga sebaiknya mencari tahu kebenarannya jika dinilai janggal.

"Monggo kepada pihak yang curiga dapat melakukan tindakan hukum untuk mencari tahu kebenaran kejadiannya," kaya Mardani, kepada wartawan, Sabtu (12/6/2021).

Mardani mengatakan jika ingin ditindaklanjuti harus ada izin keluarga. Sebab, keluarga lah yang memiliki hak atas kematian Helmud Hontong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harus diberi hak kepada keluarga besar almarhum untuk jika diperlukan tindakan lanjutan. Karena bagaimanapun tanpa ada laporan kepolisian tindakan otopsi dan lain-lain tidak dapat dilakukan tanpa izin keluarga," ujarnya.

Lebih lanjut, Mardani mengatakan perlu adanya kajian terkait keselamatan kepala daerah. Terutama kepala daerah yang berpotensi melawan pengusaha.

ADVERTISEMENT

"Perlu ada kajian lanjutan terkait keselamatan para Kepala Daerah khususnya yang berpotensi melawan oligarki dan pengusaha hitam," ujarnya.

Kematian Wabup Sangihe Disebut Janggal

Seperti diketahui, kematian korban disebut janggal. Seperti diungkap ajudan Helmud, Harmen Rivaldi Kontu, bahwa sebelum korban meninggal, Helmud sempat memberitahukan kepadanya bahwa sudah merasa pusing. Pada saat itu, dia diminta menggosokkan minyak kayu putih di bagian belakang dan leher.

Setelah lehernya digosok dengan minyak kayu putih, Helmud tidak lagi merespons. Bahkan Harmen mengatakan ada darah yang keluar dari mulut dan hidung Helmud.

"Sekitar 5 menit itu saya lihat Bapak langsung tersandar. Saya panggil dan kore-kore (colek) namun sudah tidak ada respons lagi. Saya langsung panggil pramugari, namun tetap Bapak tidak ada respons. Kemudian keluar darah lewat mulut. Tak lama kemudian darah keluar dari hidung," kata Harmen ketika dimintai konfirmasi detikcom di Pelabuhan Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Kamis (9/6).

Harmen mengatakan, setelah keluar darah, ada seorang pramugari yang meminta bantuan. Menurut dia, pramugari tersebut menanyakan apakah ada dokter atau tenaga medis yang ikut dalam penerbangan itu. Kata Harmen, karena ada dokter, Wabup Helmud langsung dibawa ke bagian belakang untuk mendapatkan penanganan medis.

"Pas itu pramugari langsung meminta tolong jika ada dokter atau paramedis yang ikut dalam penerbangan ini. Jadi langsung diarahkan ke bagian belakang pesawat. Saat itu nadi Bapak dipompa supaya ada pernapasan, tapi Bapak memang ndak ada respons. Terus mereka mengecek nadi Bapak, kan mau tahu detak jantung, tapi mulai melambat," jelasnya.

Simak selengkapnya di halaman berikut

Saksikan video 'Wabup Kepulauan Sangihe Meninggal dalam Penerbangan Denpasar-Makassar':

[Gambas:Video 20detik]



Harmen saat itu duduk di samping Helmud. Tindakan terakhir yang diambil dokter di dalam pesawat adalah diberi suntikan guna memacu jantungnya. Namun nadinya tak ditemukan, akhirnya pemberian suntikan dibatalkan.

"Jadi tindakan terakhir dari dokter itu mau suntik adrenalin untuk pacu jantung. Cuma pas cari nadi Bapak, karena mungkin Bapak sudah kolaps, sudah tak dapat nadi Bapak. Cari beberapa tempat tidak dapat, jadi mereka batalkan itu suntik. Jadi keterangan dokter di pesawat cuma itu yang bisa dibuat, kemudian alat-alat tidak ada yang memadai sambil menunggu turun di Makassar masih 30 menit lagi untuk landing," ujar dia.

Tak lama setelah landing, Wabup Helmud langsung ditangani pihak dokter dari Bandara Hasanuddin, Makassar. Menurutnya, setelah memeriksa, dokter kemudian menjelaskan Wabup Helmud telah meninggal dunia.

Polri Siap Usut Kematian Wabup Sangihe

Komnas HAM dan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mendorong kepolisian untuk menyelidiki kematian Helmud Hontong yang dinilai janggal. Kapolda Sulut Irjen Nana Sudjana mengklaim pihaknya telah membentuk tim untuk mengusut dugaan tersebut.

"Kami sudah menyusun tim khusus penyelidikan terkait kasus ini," ujar Irjen Nana saat dimintai konfirmasi detikcom, Sabtu (12/6).

Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono menyatakan Polri juga menunggu respons dari keluarga.

"Kita tanyakan dulu ke Sulut, bagaimana keluarganya," kata Argo saat dihubungi terpisah.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads