Kisah Preman Tobat Setelah Kedua Kakinya Tergilas Kereta Api

Kisah Preman Tobat Setelah Kedua Kakinya Tergilas Kereta Api

Khairunnisa Adinda Kinanti - detikNews
Minggu, 13 Jun 2021 06:03 WIB
Jakarta -

Indra Sumedi (47) tidak menyangka bahwa akan kehilangan kedua kakinya karena tersambar kereta api. Pengalaman mengerikan yang terjadi pada tahun 1998 itu membuat ia kini harus melakukan aktivitasnya hanya menggunakan kedua tangannya.

Pada malam itu, Indra yang bisa dibilang sebagai preman dan bekerja sebagai calo di terminal Garut, 'ribut' dengan 6 orang musuhnya. Untuk menyelamatkan diri, Indra berlari dan harus berpikir cepat kemana arah yang akan dituju.

Sayangnya, Indra salah memilih jalan. Ia mengarah ke jalur rel kereta api, di mana pada saat itu ada kereta api tujuan Surabaya - Jakarta akan melintas. Indra, yang saat itu sudah terlambat untuk pindah, akhirnya harus merasakan sakitnya ketika kedua kakinya terlindas kereta api.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya banyak musuh lah dulu. Dihadang sama musuh enam orang. Karena gak kuat keteter saya lari, salahnya saya ke rel kereta api. Coba saja ke atas (bukit), pasti selamat."ujar Indra.

Hidup Indra hancur. Di malam kejadian, tidak ada warga yang melintas. Sampai akhirnya ditemukan oleh tukang sate yang kebetulan melewati rel kereta api. Indra pun ditolong oleh kepolisian dan warga untuk dibawa ke rumah sakit.

ADVERTISEMENT


Indra memang dikenal sebagai anak yang tidak mau ikut aturan orang tuanya. Ia pun sempat menggambar tato di tubuhnya dari kelas 5 SD. Kemudian hal tersebut diketahui oleh kedua orang tuanya, yang kebetulan sang ayah adalah seorang TNI. Hidup disiplin dengan didikan yang tegas, tentu sudah menjadi makanan Indra sehari-hari.

Kejadian yang menimpa Indra, akhirnya mempertemukan kembali dengan orang tuanya untuk pertama kalinya selama 14 tahun Indra pergi dari rumah. Dengan keadaan kedua kakinya yang sudah tidak ada, orang tuanya kaget kemudian tidak sadarkan diri.


Tentu dalam kurun waktu dua tahun itu, tidak sedikit yang mengejek Indra. Dan hal tersebut membuat Indra ingin mengakhiri hidupnya karena dinilai sudah tidak berguna.Dua tahun dilalui Indra untuk bisa bangkit kembali. Menerima bahwa ia sudah kehilangan kedua kakinya akibat perbuatannya sendiri.

"Ya dipikiran rasa utamanya minder, yang kedua punya pikiran sudah tidak berguna. Ketiganya sudah ngapain hidup, sudah cacat begini nggak bakalan bisa apa-apa. Kepikirannya gitu. Akhirnya kepikiran sudah saja mending mati gitu bunuh diri." ujar Indra.

Percobaan bunuh diri dilakukan oleh indra dengan meminum obat nyamuk, masih selamat, kembali mencoba bunuh diri dengan meminum thinner cat. Tidak juga hidupnya berakhir, Indra loncat dari lantai 2.

Beruntung, Indra masih diberi kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik. Dengan keadaan tanpa dua kaki, Indra masih berusaha mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sampai akhirnya tercetuslah ide untuk membuat alat bantu (kaki palsu) untuk difabel yang membutuhkan.

"Dulu tahun 2011 lah ya terbentuk KKD (Kelompok Kreativitas Difabel). Cuma sekarang sudah diganti jadi YKDM (Yayasan Kreativitas Difabel Mandiri). Alhamdulillah sudah setahun." jelas Indra.

Indra yang sudah melewati banyak pelajaran hidup, meminta agar semua yang bernasib sama dengan Indra agar selalu bisa menerima keadaan yang seperti ini.

"Kalau pesan mungkin ya yang pertama harus menerima kan ini musibah yang sudah digaris dari Allah, harus kita terima dan tetap harus percaya diri. Dan yang pertama tetap sering berdoa, istighfar yang paling utama itu. Karena istighfar itu kan bisa meluluhkan hati. Istighfar sama dzikir yang ngalamin nasib seperti Indra lah gitu." pesan Indra.

(fuf/gah)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads