Palembang - Robohnya jembatan di jalur lintas tengah Sumatera, Lahat, Sumatera Selatan, membuat pemda mengevaluasi seluruh jembatan. Hasilnya, 6 jembatan rawan roboh."Kondisi jembatan yang roboh maupun rawan itu jenis Calender Hamilton (CH) dan sekarang ini, memang sangat memprihatinkan," kata Muhammad Yusuf Usman, kasubdin Balai Program dan Perencanaan Teknis (BPPT) Dinas PU Bina Marga Sumsel, kepada pers, di ruang kerjanya, Jalan Kapten A. Rivai, Palembang, Kamis(16/3/2006).Sekadar diketahui, Jembatan Air Pangi, Lahat, roboh, Rabu kemarin. Sebelumnya, Jembatan Air Linsing di Kabupaten Lahat juga mengalami hal yang sama setahun lalu.Menurut dia, di Sumsel jembatan jenis CH ada 15 dan enam di antaranya rawan. Jembatan tersebut yakni Jembatan Empayang Besar di Km 256, Lahat, sepanjang 50,50 meter. Kemudian, Jembatan Air Pangi 76 meter yang juga dilahat. Lalu Jembatan Lawai di perbatasan Muara Enim-Lahat sepanjang 46,80 meter. Selanjutnya, Jembatan Baru di arah Simpang Belimbing-Muara Enim 24,8 meter. Jembatan Melekai 27,4 meter yang berada di Tebing Tinggi-Muara Beliti dan Jembatan Temuan 27,3 kilometer, Muara Beliti, juga dikategorikan rawan."Kita sudah memberikan rambu-rambu peringatan agar kendaraan berhati-hati saat melewati enam jembatan itu. Kita juga menambah rambu larangan melintas bagi kendaraan dengan tonase di atas 10 ton," tutur Yusuf.Meski sudah dilarang kenyataannya tetap saja kendaraan dengan tonase berlebih melintas. Malah di atas rata-rata 20 ton hingga 30 ton. Padahal, usia jembatan sendiri sudah cukup tua dibangun sekitar 1977-1978. "Tonase berlebih ini membuat kondisi jembatan makin cepat rusak. Sebab kendaraan yang melintas dengan kondisi jembatan tua sudah over load," cetusnya.Yusuf mengingatkan, seharusnya jenis jembatan CH ini hanya digunakan untuk sementara. Namun, di Indonesia, jembatan ini justru digunakan permanen hingga puluhan tahun.
(ton/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini