Sepanjang sejarah, kaum muslim serta para pemimpinnya melakukan banyak peperangan. Salah satunya perang yang dilakukan muslimin ketika membuat parit. Perang ini terjadi pada 5 hijriah atau 627 masehi.
"Khandaq berasal dari Bahasa Arab yang artinya parit. Perang Khandaq merupakan peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah di Madinah," tulis Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam buku berjudul Peperangan Rasulullah.
Perang yang dilakukan muslimin ketika membuat parit adalah bukti kecerdasan kaum muslim, serta keterbukaan pemimpin terhadap ide dari para pasukan. Hasilnya, kaum muslim berhasil membalikkan keadaan hingga berhasil memenangkan pertarungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ash-Shallabi menjelaskan, kaum muslimin saat itu berhadapan dengan sekutu Yahudi dan Quraisy. Total pasukan kaum muslimin hanya seribu orang, sedangkan jumlah sekutu Quraisy Yahudi mencapai 10 ribu pasukan.
Pasukan sekutu terdiri dari kabilah kaum Yahudi Bani Quraidzah, Bani Nadhir, Kabilah Quraisy, Kaum Ghatafan, dan kelompok lain. Kaum muslimin akan kalah dalam perang yang dilakukan muslimin ketika membuat parit tersebut.
"Rasulullah dan pasukan Muslimin menggali parit untuk pertahanan sesuai usul Salman Al-Farisi. Hal ini membuat pasukan sekutu tidak bisa menyerang Madinah. Kaum Muslimin menggali parit di bagian utara Madinah selama enam hari," tulis Ash-Shallabi.
Dikutip dari Perang Khandaq (Tahun 627 M): Studi Tentang Nilai-Nilai Kepemimpinan dan Relevansinya Dengan Materi Sejarah Islam yang ditulis Wulan Sariningsih dkk, perang yang dilakukan muslimin ketika membuat parit sebetulnya adalah bagian dari seluruh strategi perang khandaq. Strategi dibuat berdasarkan momentum perang.
"Strategi yang dilakukan oleh Rasulullah pada saat Perang Khandaq terbagi menjadi tiga bagian yaitu strategi sebelum pertempuran, strategi saat pertempuran dan strategi pasca pertempuran," tulis Wulan dkk yang terbit di jurnal CANDI UNS.
Strategi pertama kaum muslimin adalah melakukan usaha mata-mata di sekitar wilayah Madinah. Mata-mata memungkinkan kaum muslim selalu waspada dan mengetahui rencana penyerangan musuh secepatnya.
Setelah mengetahui berbagai info yang diperlukan soal musuh, Rasulullah SAW dan kaum muslim menyusun strategi berikutnya. Perang yang dilakukan muslimin ketika membuat parit terbukti menjadi strategi yang tepat. Sebelumnya Rasulullah SAW memastikan wanita, anak-anak, dan orang tua berada di tempat aman.
Strategi terakhir adalah memastikan musuh pulang atau melanjutkan pertempuran. Rasulullah SAW sempat ingin mengadakan perjanjian damai dengan Kabilah Ghatafan namun ditolak kepala suku Madinah.
Perang Khandaq sebetulnya tak sekadar perang yang dilakukan muslimin ketika membuat parit. Perang ini mengingatkan kembali kuasa Allah SWT atas hamba-Nya serta kepemimpinan Rasulullah SAW. Dia adalah sosok pemimpin yang cerdas, tenang, dan sangat terbuka pada usulan anak buahnya.
(row/nwy)