Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mendorong generasi muda untuk berinovasi dan bersemangat mengisi kemerdekaan Indonesia. Kehadiran teknologi menurutnya bisa dimanfaatkan para pemuda untuk memajukan bangsa dan negara.
"Tapi, harus diakui semakin modern zamannya, semakin besar dan kompleks tantangan yang harus dihadapi para pemuda. Untuk menjawab itu, Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang hanya bisa didapat melalui sistem dan lembaga pendidikan berkualitas," kata Jazilul, Rabu (9/6/2021).
Hal itu diungkapkannya dalam acara Halal Bihalal Iedul Fitri 1442 H dan Sosialisasi Empat Pilar MPR, di Pondok Pesantren Modern Sunanul Muhtadin, Dusun Sidorukun, Kecamatan Sidayu, Gresik, Jawa Timur, Senin (7/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gus Jazil berpendapat untuk mencetak para insan muda, termasuk santri menjadi individu yang unggul mereka harus dibekali dengan empat ilmu. Pertama, yakni ilmu Etika agar dapat membentuk lingkungan sosial yang baik.
"Etika sangat penting, jangan sampai anak mendapatkan ilmu pengetahuan yang bagus tapi minim etika. Ilmu agama adalah salah satu bagian dari ilmu etika yang mengajarkan kepada anak bagaimana cara bergaul dengan Allah SWT Tuhan Semesta Alam dan bagaimana cara bergaul dengan sesama," ulas Jazilul.
Kedua, lanjutnya, yakni ilmu matematika atau menghitung. Ketiga, ilmu bahasa. Pengetahuan bahasa, jelas Jazilul, sangat dibutuhkan, sehingga minimal anak didik mesti menguasai empat bahasa yaitu bahasa ibu, bahasa nasional, dan dua bahasa asing.
Keempat, Jazilul menyebut pemuda harus menguasai ilmu logika atau filsafat. Ia menjabarkan, ilmu logika mesti diajarkan sehingga ketika kelak para pemuda menjadi pemimpin atau menduduki posisi strategis lainnya, ia akan mampu membuat berbagai keputusan yang bijak sebab, sudah terbiasa diajari berpikir baik saat menempuh pendidikan.
Menyambut bonus demografi bagi Indonesia dalam beberapa tahun mendatang, Jazilul mengajak lembaga-lembaga pendidikan baik negeri dan swasta termasuk ponpes agar memasukkan empat ilmu tersebut dalam kurikulum kegiatan belajar mengajarnya, demi masa depan negara.
Ia lantas mengingatkan kehadiran generasi muda termasuk para santri dalam perjalanan sejarah bangsa tidak bisa dipandang sebelah mata. Kiprah pemuda terutama di era perjuangan, tegas Jazilul, menjadi salah satu faktor utama penentu tercapainya kemerdekaan Indonesia.
Ia mengulas peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang digagas, dan dilaksanakan oleh pemuda dari berbagai daerah, berhasil meletakkan dasar persatuan dan kebhinekaan bangsa. Contoh lainnya, dua tokoh proklamator yakni Bung Karno dan Bung Hatta dan beberapa pahlawan nasional memulai perjuangannya saat masih di usia muda.
"Dengan situasi serta kondisi yang serba sederhana dan terbatas, mereka mampu membawa bangsa ini menjadi negara berdaulat lalu mewariskannya kepada generasi sekarang untuk dinikmati," ungkap Jazilul.
(mul/mpr)