KPAI Ungkap Banyak Guru Tolak Divaksin, Pemda Diminta Tak Asal Buka Sekolah

KPAI Ungkap Banyak Guru Tolak Divaksin, Pemda Diminta Tak Asal Buka Sekolah

Karin Nur Secha - detikNews
Minggu, 06 Jun 2021 20:34 WIB
Anggota KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti
Foto: Retno Listyarti (Lisye Sri Rahayu/detikcom)
Jakarta -

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) berencana membuka pembelajaran tatap muka di masa pandemi pada bulan Juli 2021. Namun, hingga saat ini diketahui masih banyak guru yang menolak untuk divaksin.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan kasus penolakan tersebut ditemukan di Bengkulu. Sejauh ini, baru sekitar 50 persen guru yang telah menerima dosis vaksin virus COVID-19 di Bengkulu.

"Saya koordinasi yang Bengkulu itu kenapa 50 persen angkanya? Ternyata banyak guru menolak divaksin. Itu juga jadi PR ya," ujar Retno dalam 'Konferensi Pers Amankah Pembelajaran Tatap Muka pada Juli 2021?' yang disiarkan melalui YouTube KPAI, Minggu (6/6/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga saat ini secara nasional cakupan vaksin terhadap guru baru mencapai 28 persen. Data tersebut merupakan data per 31 Mei 2021.

Diketahui bahwa DKI Jakarta menempati urutan teratas dalam pemberian vaksinasi terhadap guru dengan presentase sebesar 78 persen. Retno meminta pemerintah daerah dan Kemendikbud-Ristek perlu meninjau ulang rencana pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah.

ADVERTISEMENT

"Kalau mau buka Juli, sebaiknya jangan main buka juga," tegas Retno.

Selain kesiapan vaksinasi terhadap guru, Retno mengingatkan Kemendikbud-Ristek dan Pemda untuk memastikan kesiapan sarana dan prasarana sekolah. Diantaranya ketersediaan handsanitizer dan thermogun sebelum masuk ke dalam lingkungan sekolah.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mendorong sekolah untuk segera melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Baginya, hal tersebut sangat penting dan tak ada kompromi.

Nadiem pada dasarnya mengaku paham akan kekhawatiran orang tua akan kesehatan dan keselamatan anak-anaknya. Namun, risiko pembelajaran jarak jauh (PJJ), yakni learning loss akan menghantui para generasi bangsa.

"Kami paham kekhawatiran orang tua guru terkait kesehatan dan keselamatan. Tapi kita harus mengingat risiko yang telah disampaikan Dirjen GTK kalo nggak memulai PTM terbatas, dan mengingat dampak panjangnya (learning loss)," ungkap dia dalam peluncuran Panduan Pembelajaran Pauddikdasmen via zoom, Rabu (2/6/2021).

Mantan bos Go-Jek ini pun menegaskan bahwa generasi muda saat ini merupakan penentu masa depan Indonesia. Sehingga, tidak ada kompromi untuk memberikan pendidikan terbaik walaupun di masa pandemi COVID-19 sekali pun.

"Tentu Bapak-Ibu memahami masa depan indonesia tergantung pada SDM-nya. Sehingga, nggak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang dihadapi," tegas dia.

Agar pelaksanaan PTM terbatas berlangsung aman, Nadiem mendorong vaksinasi guru dan tenaga kependidikan. Dengan begitu, orang tua, guru, serta siswa dapat merasa aman dan nyaman.

"Untuk itu, kami mendorong guru, tenaga kependidikan jadi prioritas penerima vaksin," tutup dia.




(maa/maa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads