Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melakukan berbagai macam upaya mengurangi korban bencana gempa bumi. Selain prediksi gempa bumi, BMKG turut melakukan prekursor gempa bumi.
"Prekursor gempa bumi adalah kajian/riset yang mempelajari perubahan fisis yang terjadi di alam, yang dapat dijadikan sebagai petunjuk awal sebelum kejadian gempa bumi," kata Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono lewat keterangannya, Sabtu (5/6/2021).
Rahmat menjelaskan BMKG melaksanakan riset semenjak periode 1980 dan pengembangan melalui berbagai metode dan pemasangan peralatan. Salah satu metode yang menjanjikan adalah metode dengan data magnet bumi atau disebut prekursor gempa bumi dengan metode magnet bumi.
Metode prekursor gempa bumi dengan metode magnet bumi mulai dikembangkan pada 2011 bekerja sama dengan Universitas Kyushu, Jepang. Metode ini terus berkembang hingga pada 2014 parameter prekursor gempa bumi dibuat dengan tiga parameter, yaitu kapan, di mana, dan berapa kuat potensi gempa.
"BMKG juga telah berhasil menganalisis prekursor gempa bumi dengan metode magnet bumi yang menghasilkan kapan gempa bumi akan terjadi dengan range 1-30 hari ke depan di mana area gempa bumi akan terjadi dengan area duga aktif yang terbatas (tidak luas) dan berapa besar kekuatan gempa bumi (magnitudo) akan terjadi," jelas Rahmat.
Rahmat menjelaskan analisis dan laporan prekursor dibuat mingguan, tetapi informasinya masih terbatas untuk internal BMKG. Hal itu disebabkan tingkat akurasinya untuk gempa besar masih kurang baik, sedangkan untuk gempa dengan magnitudo sekitar 5 magnitudo mulai ada peningkatan akurasi. Metode ini terus dikembangkan dan sampai sekarang terus dimonitor dan dievaluasi tingkat akurasinya.
Rahmat mengatakan sistem prekursor gempa bumi ini maju karena dalam prediksinya tidak hanya durasi waktunya yang dibatasi, tetapi area yang diduga akan terjadi gempa dibatasi. Ada setidaknya tiga parameter prekursor gempa yang dikembangkan BMKG saat ini.
"Pertama, kapan, yaitu rentang waktu potensi gempa akan release, yang dihitung dari awal anomali muncul sampai 1 bulan ke depan. Kedua, di mana, yaitu zona duga aktif gempa, yaitu potensi zona duga aktif gempa dengan mempertimbangkan sumber gempa, baik zona subduksi maupun zona sesar permukaan, sehingga area prediksi semakin dapat diklaster. Ketiga, berapa kuat, yaitu prediksi potensi magnitudo gempa bumi," ungkapnya.
Rahmat menyebut saat ini prekursor yang dikembangkan BMKG belum mampu secara akurat untuk gempa dengan magnitudo lebih dari 6,5. Tetapi untuk gempa bumi dengan magnitudo 5-6, tingkat akurasi prekursor gempa bumi akurasinya cukup baik, yaitu sekitar 60-70 persen, terlebih apabila magnitudonya lebih kecil dari 5 akurasinya sampai di atas 80-90 persen.
Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:
Lihat juga Video: BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Cerah dan Berawan
(run/rfs)