"Maksud Bang Andi Arief dalam pernyataannya adalah metafora antara pemikiran tertutup (eksklusif) yang disebut sebagai kubu Hasto dan pemikiran terbuka (inklusif) yang disebut sebagai nonkubu Hasto," ujar Sekretaris Bappilu Demokrat Kamhar Lakumani kepada wartawan, Jumat (4/6/2021).
Pengkategorian ala Andi Arief ini, katanya, untuk memilah dan membagi secara garis besar dua pandangan terkait potensi koalisi politik kebangsaan dan kenegaraan PDIP dengan Partai Demokrat. Kamhar mengungkit pernyataan elite PDIP lainnya soal tak bisa berkoalisi dengan Demokrat, namun kenyataan yang terjadi berbeda.
"Secara empirik, dinamika seperti ini juga pernah terjadi dalam Pilkada Serentak 2020 yang lalu, di mana elite PDIP Djarot Saiful Hidayat menyatakan tak akan berkoalisi dengan Partai Demokrat namun dalam kenyataannya berbeda, banyak koalisi antara PDIP dan Partai Demokrat di berbagai daerah pilkada," kata Kamhar.
Kamhar menyebut komunikasi politik Demokrat dan PDIP sebenarnya baik-baik saja. Dia mencontohkan pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani.
"Pada dasarnya komunikasi politik antara Partai Demokrat dengan PDIP berjalan baik sebagaimana tecermin pada silaturahmi Mas Ketum AHY dengan Mbak Puan Maharani pada Agustus 2020 yang lalu yang membahas berbagai persoalan kebangsaan bagaimana mengatasi COVID-19, mengatasi krisis ekonomi, sampai kerja sama pilkada antara PDIP dan Partai Demokrat," katanya.
"Tecermin pula pada komunikasi-komunikasi dengan anggota FPDIP DPR-RI dan pimpinan-pimpinan PDIP di daerah yang terjalin baik," imbuhnya.
Kamhar menyebut pengalaman mengajarkan politik itu cair dan dinamis dan seringkali keputusan final ditentukan di detik-detik terakhir. "Segala sesuatunya memungkinkan dalam politik," ujarnya. (gbr/tor)