Viral Wakil Kepala BSSN Sebut HP 'Merusak Sel Tubuh', Begini Penjelasannya

Viral Wakil Kepala BSSN Sebut HP 'Merusak Sel Tubuh', Begini Penjelasannya

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Kamis, 03 Jun 2021 09:45 WIB
Wakil Kepala BSSN Dharma Pongrekun (Tim 20detik)
Wakil Kepala BSSN Dharma Pongrekun (Foto: dok. 20detik)
Jakarta -

Pernyataan Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Komjen Dharma Pongrekun viral di media sosial. Pasalnya, dalam sebuah potongan video viral, dia menyebut ponsel (telepon seluler) bisa merusak sel tubuh manusia.

"Di sini ada gelombang yang mempunyai kekuatan magic, kekuatan hipnotis. Bapak bayangkan kalau sudah menggunakan gelombang. Jadi dalam tubuh kita ini setiap pertambahan hertz akan mempengaruhi karakter manusia," katanya, dikutip dari video YouTube Pendeta Gilbert Lumoindong, Rabu (2/5/2021).

"Kenapa handphone disebut cellular phone? Karena dia menghancurkan sel. Begitu Bapak touch, sel kita lemah. Makanya kita gampang sakit, panas, cepat puyeng. Tangan kayak kesemutan, kenapa? Darah jadi kental. Dia berpengaruh langsung pada tubuh," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Video tersebut sebenarnya diunggah pada 25 Agustus 2020. Namun potongan video tersebut baru-baru ini kembali beredar saat diunggah di TikTok dan Twitter.

Penjelasan Dharma Pongrekun

Dharma Pongrekun kemudian memberi penjelasan terkait viralnya video tersebut. Menurutnya, viralnya video tersebut bukan urusannya. Karena ketika itu dia berbicara dalam kapasitas sebagai jemaat dari pendeta Gilbert Lumoindong.

"Terkait viral, bukan urusan saya. Kalau sekarang yang ramai di TikTok bukan saya yang buat di aplikasi TikTok," kata Komjen Dharma Pongrekun saat berbincang dengan detikcom, Rabu (2/6/2021).

"Saya ketika itu diajak ngobrol sama gembala saya, Pendeta Gilbert Lumoindong, sebagai kapasitas saya sebagai jemaat beliau. Yang dianggap mempunyai pemahaman yang out of the box. Tetapi apa yang saya sampaikan ini bisa saya pertanggungjawabkan. Jadi bukan kapasitas dalam jabatan saya," sambungnya.

Dia mengklaim sebagai seorang praktisi saat menjelaskan soal dampak HP terhadap tubuh tersebut. Saat ditanya jurnal yang dijadikan dasar penjelasannya, dia mengaku bisa mempraktikkannya.

"Saya bukanlah orang teoretis. Tetapi saya orang praktisi. Jadi kalau nanya saya mana referensinya, saya berbicara bukan text book. Saya berbicara out of the box. Kalau saya berbicara out of the box, ditanya referensinya, saya bisa praktikkan. Dan saya bisa buktikan. Kenapa dunia selalu minta referensinya, minta jurnalnya, minta datanya. Karena itu adalah cara dunia mengelabui kita untuk membuat kita lambat mengantisipasi sesuatu yang belum ada referensinya. Belum ada datanya. Nggak bisa dihitung," ungkapnya.

"Gimana tahu Musa membelah laut merah? Tolong tunjukkan jurnalnya. Tolong tunjukkan datanya. Tolong berikan hitungannya," lanjutnya.

Kendati demikian, Dharma Pongrekun lantas menyebutkan beberapa referensi yang menguatkan pendapatnya. Beberapa di antaranya ialah jurnal WHO.

"Referensi, boleh baca jurnalnya WHO tahun 2011. Dikatakan bahwa radiasi HP termasuk 1 dari 28 penyebab kanker. Terus kemudian ahli kesehatan dari Kanada James McNamee itu juga demikian," ujarnya.

Lantas, apakah ponsel bisa merusak sel? Silakan klik halaman selanjutnya.

Simak juga 'BSSN Deteksi 495 Juta Serangan Siber di Indonesia Pada 2020':

[Gambas:Video 20detik]



Penelitian FDA soal 'HP merusak sel'

Lantas, bagaimana pandangan lain soal pendapat 'hp bisa merusak sel?' Dikutip dari laman resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), studi ilmiah para dokter, ilmuwan, dan insinyur FDA dalam 30 tahun ini tidak menemukan hubungan paparan energi frekuensi radio ponsel dengan masalah kesehatan, termasuk kanker.

Demikian juga berdasarkan data di AS selama 30 tahun ini, tidak ada peningkatan kasus kanker otak yang signifikan meski penggunaan ponsel meningkat pesat. Sebaliknya, tingkat kanker otak dan sistem saraf lainnya yang didiagnosis di AS justru menurun selama sekitar 15 tahun terakhir.

Telepon seluler memang memancarkan energi frekuensi radio. Namun, berdasarkan National Cancer Institute, belum ada bukti pasti terkait pengaruh radiasi terhadap risiko penyakit kanker.

"Saat ini tidak ada bukti yang konsisten bahwa radiasi non-pengion meningkatkan risiko kanker pada manusia. Satu-satunya efek biologis yang diakui secara konsisten dari radiasi frekuensi radio pada manusia adalah pemanasan," terang laman FDA.

Halaman 2 dari 2
(rdp/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads