Kabaintelkam Polri, Komjen Paulus Waterpauw mengungkap ada remaja yang menjadi informan kelompok kekerasan di Papua. Remaja tersebut memberi informasi terkait strategi kepolisian kepada kelompok penyerang.
Awalnya Komjen Paulus mengungkap ada pihak yang keberatan ketika ada anak muda dianggap sebagai bagian dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Sebab menurutnya ada remaja yang justru memberikan informasi tentang kepolisian kepada kelompok tersebut.
"Memang ada beberapa komplen dari beberapa pihak ini ada anak muda yang seusia segini tetapi kenapa dianggap sebagai bagian dari kelompok itu," ujar Paulus, dalam diskusi bertajuk dialog Kebangsaan Lintas Generasi Papua, yang disiarkan di YouTube Official UKI Jakarta, Rabu (2/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paulus mengungkap di Papua banyak anak-anak yang diajar oleh kepolisian karena ada guru yang ketakutan. Ada pula anak-anak yang disekolahkan di kantor kepolisian, tetapi saat anak itu berusia remaja justru menjadi informan kelompok kriminal.
"Ada banyak juga anak-anak yang kita jadikan TBO istilahnya, kadang-kadang kita bimbing, kita sekolahkan, di Polsek-polsek itu hampir rata-rata anak-anak diambil itu dari tingkat SD sampai SMP," ungkap Paulus.
"Begitu sudah menjelang remaja mereka ini lah yang sering menjadi cucuk penunjuk arah untuk masuknya kelompok kekerasan itu menyerang anggota kita, mereka lah yang nanti memberikan bocoran bahwa bapak ini kapolseknya dan anggotanya hari ini biasanya di sini, mereka tidak di sini, senjatanya ada disini, dan lainnya," imbuhnya.
Paulus menyebut saat ini kegiatan tersebut dihentikan. Hal itu untuk mengantisipasi hal serupa terjadi.
"Makanya sekarang kami sudah instruksikan tidak ada lagi untuk mengangkat anak dulu, coba lihat merugikan tidak itu. Akibat daripada persoalan-persoalan seperti ini," ungkapnya.
Lebih lanjut, istilah teroris dilabelkan terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata karena menyerang secara masif ke berbagai pihak. Hal itu, kata Paulus serta merta untuk menegakkan hukum terhadap KKB.
"Mereka sudah sedemikian rupa tindakan masif kemana-mana sudah melibatkan pihak yang tidak berdosa dsb itu lah kemudian kita kategorikan mereka sebagai kelompok teror," ujarnya.
Adapun upaya Polri lainnya untuk menanggulangi terorisme di Papua dengan melakukan pendekatan soft approach. TNI-Polri juga mendahulukan peran humanisme misalnya menghadirkan sosok negara, sosok guru, pertolongan sisi kesehatan, serta mendekati lewat tokoh-tokoh agama, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh pemuda.
Di sisi lain Polri juga melakukan upaya tegas terukur terhadap kelompok KKB.
"Kami sangat hati-hati memang menangani kelompok ini, kami juga tidak mau serampangan hanya melakukan tindakan-tindakan tegas kemudian tidak terukur yang pada akhirnya bisa salah sasaran," ungkapnya.
Sebelumnya, Papua berduka lagi. Kali ini, polisi di Papua gugur diserang orang tak dikenal alias OTK.
Peristiwa penyerangan itu terjadi pada Jumat (28/5/2021) dini hari. Sebanyak 6 OTK menyerang Kepolisian Subsektor (Polsubsektor) Oksamol di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Penyerangan itu pun menewaskan Kasubsektor Oksamol, Briptu Mario Sanoi. Tak hanya itu, tiga pucuk senjata api (senpi) berjenis SS1 V1 dan revolver beserta amunisinya juga dibawa kabur.
"Terjadi penyerangan Polsubsektor Oksamol oleh sekelompok orang tak dikenal yang mengakibatkan Kasubsektor Oksamol Briptu Mario Sanoi meninggal dunia," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal kepada wartawan, Jumat (28/5/2021).
(yld/tor)