Respons Nyeleneh Demokrat soal Tawaran Koalisi di 2019 Ditolak PDIP

Respons Nyeleneh Demokrat soal Tawaran Koalisi di 2019 Ditolak PDIP

Muhammad Ilman Nafian - detikNews
Senin, 31 Mei 2021 07:26 WIB
Herzaky Mahendra Putra
Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra (Foto: Rahmat Fathan/detikcom)
Jakarta -

Mantan kader Partai Demokrat (PD), Ferdinand Hutahaean, menceritakan PD pernah ditolak oleh PDIP untuk berkoalisi pada Pemilu 2019. Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, menganggap pernyataan Ferdinand itu sebagai rasa rindu terhadap partai berlogo mercy.

"Demokrat memang buat kangen. Sampai mantan kader saja masih sering bahas Demokrat," ujar Herzaky kepada wartawan, Minggu (30/5/2021).

Meski demikian Herzaky enggan menanggapi terkait inti dari pernyataan Ferdinand. Menurutnya, hal itu hanya sebuah pernyataan dari mantan kader Demokrat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada yang perlu ditanggapi dari apa yang disampaikan mantan-mantan kader kami. Kami doakan saja mereka sukses di tempat baru," ucapnya.

"Kami sendiri sesuai dengan arahan Ketum AHY, memilih fokus dengan teman-teman yang tetap setia bersama Partai Demokrat dalam melakukan kerja-kerja nyata untuk rakyat," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saksikan video 'Pernyataan Sekjen PDIP soal Berat Peluang Koalisi dengan PKS-Demokrat':

[Gambas:Video 20detik]



Sebelumnya, Ferdinand Hutahaean, mengungkap kisah lama rencana koalisi PD dan PDIP untuk mengusung Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019. Ferinand mengatakan rencana itu dilakukan Demokrat lantaran Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ditolak Prabowo Subianto untuk menjadi pasangan calon presiden.

Cerita AHY ditolak Prabowo dan Demokrat ditolak berkoalisi dengan PDIP ini diungkapkan Ferdinand Hutahaean saat mengomentari cuitan netizen di Twitter. Salah satu akun Twitter menyatakan bahwa alasan PD tidak ingin berkoalisi dengan PDIP karena AHY ditolak jadi cawapres Jokowi di 2019.

Ferdinand pun menjelaskan apa yang terjadi antara PDIP dan Demokrat di Pilpres 2019. Hal itu dibalas Ferdinand dalam cuitannya.

"Tidak demikian, Demokrat minta berkoalisi dgn koalisi pimpinan PDIP setelah AHY gagal jd cawapres Prabowo. Permintaan berkoalisi dgn PDIP yang mengusung Jokowi saat itu tanpa syarat, tapi ditolak dan akhirnya kembali ke koalisi Prabowo," tulis Ferdinand lewat akun Twitter-nya, @FerdinandHaean3, seperti dilihat, Minggu (30/5/2021).

Saat dihubungi lebih lanjut, Ferdinand menyebut Demokrat mengusulkan bergabung ke PDIP lantaran pertemuan dengan Prabowo buntu. Saat itu, kata Ferdinand, Partai Demokrat meminta AHY sebagai pasangan Prabowo di Pilpres 2019.

"Ya setelah malam pertemuan dengan Prabowo buntu yang mana pada saat itu keluar istilah jenderal kardus dari Andi Arief. Setelah kesepakatan Prabowo AHY gagal, dan Prabowo memilih Sandi yang kemudian viral istilah jenderal kardus dari Andi Arief, akhirnya mencoba berkoalisi dengan PDIP tapi tidak diterima dan pada akhirnya kembali ke koalisi Prabowo," kata Ferdinand.

Ferdinand tidak menjelaskan alasan PDIP menolak berkoalisi dengan Demokrat. Namun, saat itu, kata Ferdinand, PDIP tidak menerima Partai Demokrat untuk bergabung dengan koalisi mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Tak elok saya sampaikan lagi saat ini, tapi yang jelas saat itu PDIP menolak dan tidak menerima PD gabung koalisi yang mengusung Pak Jokowi," jelasnya.

Ferdinand mengatakan setelah AHY gagal menjadi cawapres Prabowo, Partai Demokrat tidak mengatakan mundur untuk mendukung Prabowo. Namun kader partai menyampaikan pernyataan yang keras menyerang Prabowo.

"Tidak ada pernyataan mundur, tapi pernyataan-pernyataan dari kader kita PD saat itu cukup keras ditujukan kepada Prabowo yang deklarasi mengusung Prabowo Sandi di Kertanegara," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(man/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads