Eks kader Partai Demokrat (PD) Ferdinand Hutahaean mengungkap PD pernah ditolak berkoalisi oleh PDIP. Ketua DPP Demokrat Andi Arief memilih untuk tak menanggapi dan mengaku sudah lupa dengan penolakan itu.
"Tak usah ditanggapilah, sudah lupa," kata Ketua DPP Demokrat Andi Arief kepada wartawan, Minggu (30/5/2021).
Penolakan koalisi itu terungkap setelah Ferdinand Hutahaean mengomentari cuitan netizen di Twitter. Seorang netizen menduga PDIP menolak koalisi dengan PD karena PD mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Cawapres Jokowi pada Pilpres 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ferdinand mengatakan bukan itulah alasan PDIP menolak PD untuk bersama-sama mendukung Jokowi. Ferdinand kemudian menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
"Tidak demikian, Demokrat minta berkoalisi dgn koalisi pimpinan PDIP setelah AHY gagal jd cawapres Prabowo. Permintaan berkoalisi dgn PDIP yang mengusung Jokowi saat itu tanpa syarat, tapi ditolak dan akhirnya kembali ke koalisi Prabowo," tulis Ferdinand lewat akun Twitter-nya, @FerdinandHaean3, seperti dilihat, Minggu (30/5/2021).
Ferdinan telah mengizinkan cuitannya itu untuk dikutip. Ferdinand lantas menjelaskan secara lebih rinci. PD mencoba merapat ke PDIP setelah pencalonan AHY untuk mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019 ditolak.
"Ya setelah malam pertemuan dengan Prabowo buntu yang mana pada saat itu keluar istilah jenderal kardus dari Andi Arief. Setelah kesepakatan Prabowo AHY gagal, dan Prabowo memilih Sandi yang kemudian viral istilah jenderal kardus dari Andi Arief, akhirnya mencoba berkoalisi dengan PDIP tapi tidak diterima dan pada akhirnya kembali ke koalisi Prabowo," kata Ferdinand.
Simak juga 'Elektabilitas Demokrat Naik, Andi Arief: Bonus KLB Deli Serdang':
Setelah penolakan dari Prabowo itu, Ferdinand menyebut kader Partai Demokrat makin keras menyerang Prabowo. Partai Demokrat, kata Ferdinand juga tidak mengatakan mundur mendukung Prabowo usai penolakan itu.
"Tidak ada pernyataan mundur, tapi pernyataan-pernyataan dari kader kita PD saat itu cukup keras ditujukan kepada Prabowo yang deklarasi mengusung Prabowo Sandi di Kertanegara," jelasnya.
Kembali kepada penolakan dari PDIP, Ferdinand enggan menjelaskan alasan penolakan itu. Namun, saat itu, kata Ferdinand, PDIP tidak menerima Partai Demokrat untuk bergabung dengan koalisi mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Tak elok saya sampaikan lagi saat ini, tapi yang jelas saat itu PDIP menolak dan tidak menerima PD gabung koalisi yang mengusung Pak Jokowi," jelasnya.
Setelah ditolak oleh PDIP, PD memutuskan untuk kembali mendukung Prabowo-Sandi. Hal itu diambil PD, kata Ferdinand, guna bisa ikut serta dalam kontestasi Pilpres 2024.
"Alasan utama, jika PD tak dukung salah satu, maka 2024 PD tak bisa ikut dalam kontestasi Pemilu Pilpres. Jadi PD memutuskan untuk tetap mendukung Prabowo Sandi dan menyerahkan surat dukungan pada hari itu," katanya.