Khutbah merupakan salah satu syarat sah sholat Jumat. Sebagai khatib, setidaknya ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam melaksanakan khutbah Jumat.
Dikutip dari buku 'Petunjuk Nabi SAW dalam Khutbah Jumat' oleh Anis ibn Ahmad Tahir, berikut sunnah khutbah Jumat yang perlu dipahami oleh khatib:
1. Berdiri dalam Berkhutbah
Dalam buku ini dijelaskan bahwa Rasulullah SAW berdiri dalam berkhutbah. Hal ini disebutkan dalam firman-Nya pada QS. Al Jumu'ah ayat 11 sebagai berikut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
وَإِذَا رَأَوْا۟ تِجَٰرَةً أَوْ لَهْوًا ٱنفَضُّوٓا۟ إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَآئِمًا ۚ قُلْ مَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ ٱللَّهْوِ وَمِنَ ٱلتِّجَٰرَةِ ۚ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ
Artinya: "Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan, dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki."
Beberapa orang Tabi'in seperti Adul 'Aliyah, al-Hasan, Zaid bin Aslam dan Qatadah menceritakan bahwa Rasulullah SAW sedang berdiri di atas mimbar khutbah. Sementara itu, Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut sebagai dalil yang menunjukkan bahwa imam berkhutbah pada hari Jumat dalam keadaan berdiri.
2. Berkhutbah di Atas Mimbar
Mimbar berarti sebuah tempat yang tinggi. Mimbar Rasulullah SAW terdiri dari 3 tingkat tangga. Beliau berkhutbah pada tingkat tangga yang kedua dan duduk pada tingkat tangga yang ketiga.
Hal tersebut diriwayatkan oleh Ad-Darimi dan Abu Ya'la dalam penggalan hadits dari Anas bin Malik yang terdapat dalam kalimat:
"Maka, orang tersebut membuat untuk beliau mimbar dua tingkat dan beliau duduk pada tingkat ketiga..." (HR. Ad-Darimi dan Abu Ya'la).
3. Menjiwai Khutbahnya Ketika Berkhutbah
Dalam berkhutbah, Nabi Muhammad SAW tampak menjiwai setiap khutbah Jumat yang disampaikan. Sebagaimana dijelaskan dalam buku tersebut, apabila berkhutbah mata Rasulullah tampak memerah, tekanan suaranya tinggi, dan kemarahannya terlihat.
"Beliau bagaikan pemberi semangat pasukan tentara yang sedang bertempur," tulisnya seperti dikutip pada Jumat, (28/5/2021).
Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadits oleh Imam Muslim, dari Jabir bin 'Abdillah,
"Nabi Muhammad SAW apabila berkhutbah matanya memerah, suaranya meninggi, dan kemarahannya sangat. Sehingga bagaikan komandan pasukan perang yang sedang berkata: 'Musuh menyerang kalian pada pagi hari dan sore hari...!!!" (HR. Muslim dalam kitab Shahih Muslim, kitab al-Jumu'ah bab Takhfiifush Shalaah wal Khuthbah No. 867).
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa hadits tersebut menunjukkan sunnah bagi khatib untuk menjiwai setiap perkataan dalam khutbahnya.
4. Menghadap Jamaah
Sunnah khutbah selanjutnya adalah menghadap jamaah. Sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW saat menyampaikan khutbahnya. Artinya, antara khatib dan jamaah berada pada posisi saling bertatap muka.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah, dari Adi bin Tsabit dari ayahnya, dia berkata:
"Nabi Muhammad SAW sewaktu berdiri di atas mimbar, para sahabatnya menghadapkan wajahnya kepada beliau." (HR. Ibnu Majah).
Klik halaman berikutnya
5. Mengawali Khutbah dengan Salam
Sunnah lain dalam berkhutbah adalah mengucap salam. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah mengucap salam sebelum memulai khutbahnya. Begitupun dengan para sahabatnya.
6. Khutbah Tidak Terlalu Lama
Dalam beberapa hadits disebutkan bahwa khutbah Jumat hendaknya dilakukan dengan standar. Salah satunya dalam riwayat Muslim dan Abu Dawud:
كانت صلاة النبي صلى الله عليه وسلم قصدا وخطبته قصدا
Artinya: "Shalatnya Nabi sedang dan khutbahnya sedang." (HR. Muslim dan Abu Dawud).
7. Mengeraskan Suara Ketika Khutbah
Mengeraskan suara dalam berkhutbah ini juga merujuk pada poin ketiga di atas. Sebagaimana dalam menjiwai khutbahnya, Rasulullah SAW mengeraskan suaranya (dengan suara lantang) dan seolah memperingatkan tentara perang.
Sementara itu, dikutip dari buku 'Hukum-hukum Terkait Ibadah Shalat Jumat' oleh Ahmad Sarwat, Lc, para ulama sepakat bahwa khutbah harus bisa didengar oleh sejumlah orang. Oleh karena itu, khatib harus mengeraskan suaranya saat berkhutbah.
Selain ketujuh sunnah di atas, beberapa pendapat mengatakan bahwa khutbah Jumat hendaklah disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh jamaah.
Baca juga: Apa Hukum Sholat Jumat bagi Wanita? |