Khutbah Jumat Bulan Syawal Tema Kerukunan dan Kedamaian

Khutbah Jumat Bulan Syawal Tema Kerukunan dan Kedamaian

Kristina - detikNews
Rabu, 19 Mei 2021 13:42 WIB
Sejumlah warga menunaikan shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (8/1/2021). Usai diresmikan Kamis (7/1) oleh Presiden Joko Widodo.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Bulan Syawal merupakan bulan baik untuk memupuk kerukunan dan kedamaian antar umat beragama. Hubungan baik ini dapat disebarkan melalui khutbah Jumat.

Sahabat hikmah, berikut naskah khutbah Jumat bulan Syawal dengan Tema Mewujudkan Kerukunan dan Kedamaian dikutip dari buku Kumpulan Naskah Khutbah Jum'at terbitan Kementerian Agama.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadirin yang berbahagia,

Islam adalah agama damai. Itulah kesan yang pertama kali dibawa para pedagang tentang Islam ke Nusantara.

ADVERTISEMENT

Islam masuk dan berkembang di Nusantara tanpa melewati suatu konfrontasi dengan masyarakat pribumi. Justru sebaliknya, kesahajaan dan kerendahan hati para duta Islam ini mendapat simpati dan menjadi panutan baru bagi masyarakat pribumi.

Tidak hanya itu, kehadiran para duta Islam ini juga mendapat sambutan hangat dari para raja ataupun tokoh-tokoh Nusantara.

Sejarah juga mencatat tentang perilaku para wali sembilan atau Wali Songo yang santun dan merakyat ketika menyampaikan satu persatu ajaran Islam. Mereka bersatu padu, membaur dengan berbagai lapisan masyarakat dalam rangka membumikan perintah dan aturan Tuhan.

Maka tersebarlah Islam di Nusantara dari Sabang sampai Meuroke. Dan Nusantara ini pun menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Keragaman suku, bahasa, budaya, dan agama bangsa Indonesia tidak lantas menjadi unsur perpecahan. Justru bangsa yang heterogen ini menampilkan kehidupan yang penuh dengan kedamaian, persamaan hak, dan saling menghargai.

Islam sebagai agama yang mayoritas dipeluk bangsa Indonesia tidak menjadi kekuatan dominan yang menghegemoni suku atau keyakinan lainnya.

Tidak hanya itu, sebagai agama mayoritas Islam menjadi leader bagi modernitas yang bergulir di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Misalnya, ketika negara-negara Islam sangat anti dengan demokrasi, justru Indonesia yang bukan negara Islam tapi berpenduduk muslim terbanyak, mampu menerapkan demokrasi secara baik tanpa adanya benturan prinsipil antara ajaran Islam dengan demokrasi.

Di sisi lain, tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan terhadap perempuan, terorisme, dan HAM sebagaimana terjadi di beberapa negara, dijawab dengan nyata oleh muslim Indonesia. Di sini umat Islam justru melahirkan kajian Islam yang penuh dengan nilai-nilai kesetaraan, sehingga antara laki-laki dan perempuan setara derajatnya, begitu pula dengan HAM.

Menjadi perhatian bersama bahwasanya Islam yang berkembang di Indonesia memiliki kekuatan yang sangat besar untuk ikut serta mewujudkan tata kehidupan yang berperadaban dan berkeadilan sosial.

Lalu, seperti apakah ajaran Islam terkait hubungan horizontal antar manusia yang heterogen ini?

Hadirin yang dimuliakan Allah
Islam sebagai wahyu, Islam memiliki ajaran yang universal. Nilai-nilai Islam tidak sebatas konsumsi umat Islam, melainkan juga memberikan rasa aman, kedamaian, dan kepastian hidup bagi umat lainnya.

Islam memiliki ajaran yang sejalan dengan naluri manusia sebagai makhluk yang cinta damai.

Hal ini bisa dilihat dari beberapa nilai Islam yang nampak di permukaan. Berikut beberapa ajaran Islam yang sangat mendukung terciptanya kedamaian dan kerukunan dalam heterogenitas Nusantara.

1. Islam menjamin hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani. Surat Al Baqarah ayat 256: 'Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada yang thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. "

Ayat ini menegaskan bahwa keyakinan bersifat independen. Bahwa setiap manusia berhak untuk mengekspresikan keyakinannya sendiri, dan orang lain tidak
boleh mengganggunya.

Nilai-nilai ini kemudian diterapkan oleh para dai yang menyebarkan Islam di nusantara. Dalam proses islamisasi ini, semuanya dijalani dengan penuh kedamaian. Tidak ada upaya
pemaksaan untuk memeluk Islam.

2. Islam menjaga Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia.

Islam menegaskan bahwa pembunuhan terhadap seorang manusia ibarat membunuh seluruh umat manusia. Hak ini terkandung dalam surah Al-Maidah ayat 32 yang berbunyi:

"Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memlihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi."

3. Hak atas keamanan dan kemerdekaan pribadi. Surat An Nisa ayat 58. "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan {menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

4. Islam menjunjung tinggi HAM setiap individu. Islam melihat bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar setiap individu. Tidak ada kesempatan sedikitpun bagi individu untuk merenggut hak-hak individu lainnya. Islam sangat menjunjung hak hidup setiap individu, menjaga hak-hak sosial setiap individu.

Nilai-nilai humanisme menjadi ciri tersendiri dakwah Nabi SAW. Persamaan hak, persaudaraan, dan perdamaian terus digulirkan di tengah-tengah masyarakat Arab pada saat itu. Diskursus HAM dalam Islam dimulai dengan pernyataan Islam tentang persamaan derajat manusia di mata Allah, tanpa mengenal suku, bahasa dan status sosial. Dalam Al Quran ditegaskan bahwa manusia telah diciptakan secara berbeda:

Artinya: "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (Qs. Al-Hujurat:13).

Dari sini kemudian muncul konsepsi Islam tentang persamaan derajat di antara suku-suku yang berbeda itu. Bahwa dalam proses saling mengenal, semuanya didasarkan pada rasa persamaan derajat.

Di sini Islam secara tegas menegasikan kehendak untuk meneguhkan superioritas satu bangsa atau suku di hadapan yang lainnya. Islam menegaskan bahwa kemuliaan derajat manusia tidak ditentukan oleh status duniawinya, melainkan status ketakwaannya.

Di sini jelas bahwa Islam telah meletakkan dasar-dasar humanisme yang menempatkan manusia sejajar di hadapan Tuhan, sehingga tidak ada kasta atau status sosial di antara manusia. Hanya ketakwaannyalah yang dijadikan standar derajatnya.

Itulah Islam yang selama ini kita anut. Bahwa Islam bukanlah sekadar ritual keagamaan, melainkan juga ritual sosial. Dan pengejawantahan ritual sosial ini salah satunya adalah dalam bentuk kebangsaan dan kenegaraan yang dilandasi oleh nilai-nilai solidaritas dan soliditas.

Jika kita mampu menyelami Islam lebih dalam lagi, maka akan kita temukan sebongkah mutiara yang menjadi tonggak kedamaian dan kerukunan agama di bumi nusantara ini.

Apa yang dituliskan dalam Al Quran bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, adalah sebuah tantangan bagi umat Islam untuk mewujudkannya. Semangat ini akan menjadi perekat bagi kedamaian dan kerukunan beragama di negeri tercinta ini.

Bacaan barakallahu fikum penutup khutbah Jumat pertama bulan Syawal.

Khutbah JumatKhutbah Jumat Foto: Dok. Kemenag

(nwy/nwy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads