Indra Darmawan (48) pria yang mengenakan kemeja dan topi ini bercerita tentang masa lalunya. Bahwa selain lulusan Matematika Unpad (Universitas Padjajaran), ia juga pernah merasakan pahit manisnya hidup dengan bekerja sebagai pemulung di Sungai Citarum.
Ia mulai menjadi pemulung dari tahun 2000 sampai 2009. Dalam kurun waktu tersebut pula ia berpikir bagaimana sampah-sampah yang ia ambil bisa menjadi barang dengan harga jual. Dengan kerajinan tangan dan kegigihannya, maka usaha tersebut terus berkembang.
Tahun 2009 ia sempat membuat lembaga Koperasi Bangkit Bersama, yang difokuskan untuk memberdayakan para pemulung di Sungai Citarum. Sampai pada tahun 2014, ia mendirikan Yayasan Bening Saguling Foundation yang di dalamnya juga ada Sekolah Alam Tunas Inspiratif. Sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak yang kurang mampu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya kita concern melestarikan lingkungan, melestarikan Sungai Citarum dan memberdayakan masyarakat. Nah yang kita berdayakan adalah para pemulung yaitu masyarakat di sini. Setelah mereka sudah mulai berdaya, kami berpikir bagaimana ini anak-anaknya jangan sampai ketika orang tuanya mengambil sampah di Sungai Citarum (pemulung), anak-anaknya juga jadi pemulung. Nah kita coba berpikir setelah kita mampu memberdayakan orang tuanya, kita ingin coba mengembangkan pendidikan anak-anaknya." ujar Indra.
(gah/gah)