Pemerintah menyebut 4.123 pemudik positif Corona berdasarkan hasil tes acak yang telah dilakukan. Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, menilai data tersebut tak akurat.
"Informasi tidak akurat. Ya tidak bisa (mewakili kondisi riil)," kata Pandu, Selasa (11/5/2021) malam.
Pandu mempertanyakan cara pemilihan pemudik yang dites. Dia juga mempertanyakan keakuratan alat tes serta metode yang dipakai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama, tujuan tes itu apa? Bagaimana pilih orang yang dites, pasti tidak pakai prinsip random sampling, jadi bisa disimpulkan pada pemudik secara keseluruhan. Lalu metode tes pakai apa? Apakah akurat? Biasanya tidak pakai cara akurat sehingga banyak false positive," kata Pandu.
"Jadi informasinya tidak bisa dipercaya," sambungnya.
Pandu menuding data soal pemudik positif Corona yang disampaikan pemerintah sangat berlebihan. Dia menduga angka positif tidak mencapai 4.123 kasus.
"Sangat overestimated, tidak mungkin setinggi itu," tuturnya.
Sebelumnya, pemerintah mengklaim telah melakukan tes acak Corona. Hasilnya, 60 persen lebih pemudik yang dites terkonfirmasi positif COVID-19. Ada 4.123 pemudik yang dinyatakan positif Corona.
"Secara umum pengetatan yang dilakukan oleh Polri di 381 lokasi, dan Operasi Ketupat kemarin jumlah pemudik yang di-random testing dari 6.742, konfirmasi positifnya 4.123 orang," kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam siaran pers, Senin (10/5/2021).
"Dan dilakukan isolasi mandiri 1.686 orang dan dirawat 75 orang," lanjut Airlangga, yang juga Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).
Airlangga mengatakan ada 113.694 kendaraan yang dicek selama operasi ketupat. Dari angka tersebut, 101.097 kendaraan disebutnya diputar balik, sedangkan travel gelap yang terjaring sebanyak 346 kendaraan.
Simak juga video 'Komplotan Pembuat Surat Bebas Corona Pemudik di Surabaya Terbongkar!':