Melarang Berlebihan dalam Beragama

Kontrovesi yang Dilakukan Nabi dan Sahabat (14)

Melarang Berlebihan dalam Beragama

Prof. Nasaruddin Umar - detikNews
Kamis, 06 Mei 2021 04:59 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Suatu ketika Rasulullah didatangi seorang sahabat Nabi dengan mengatakan, al-hamdulillah saya sudah lama tidak lagi makan siang. Rasulullah bertanya kenapa? Maka ia menjawab karena berpuasa sepanjang hari. Rasulullah bukannya memberikan apresiasi positif tetapi marah dengan mengatakan, aku Nabi tetapi masih memberi hak terhadap anggota badan untuk makan. Dalam hadis lain Rasulullah meminta sahabat-sahabatnya cukup dengan puasa Dawud atau puasa Senin-Kamis.

Tidak lama kemudian datang lagi seorang sahabat kepadanya dan menyampaikan kepada Rasulullah bahwa al-hamdulillah, sudah lama saya tidak tidur malam. Rasulullah bertanya kenapa? Sahabat itu menjawab, malam-malam aku gunakan shalat sepanjang malam. Rasulullah menjawab dengan agak kesal dengan mengatakan, saya ini Nabi tetapi tetap memberikan hak-hak badan saya untuk tidur.

Sahabat lain datang lagi menyampaikan kepada Rasulullah kalau dirinya sudah tidak pernah lagi berhubungan suami isteri. Rasulullah bertanya kenapa? Lalu menjawab habis waktu saya untuk beribadah dan membersihkan diri. Rasulullah menanggapinya dengan agak marah, saya ini nabi tetapi masih tetap memberikan hak-hak kepada isteri-isteri saya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dialog Rasulullah dengan sahabat-sahabatnya sebagaimana dijelaskan di atas menunjukkan bahwa beribadah sekalipun jika berlebihan juga tidak baik. Segala sesuatu yang berlebihan (al-ghuluw) adalah tidak baik. Allah Swt menegaskan dalam Al-Qur'an: Katakanlah hai Ahli Kitab, janganlah kalian belebih-lebihan(melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agama kalian. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Nabi Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus (Q.S. Al-Maidah/3: 77).

Nabi juga masih punya sedikit waktu untuk jalan-jilan hinauRasulullah pernah bersabda: "Sebaik-baik urusan ialah yang dilakukan dengan biasa-bisa atau sedang-sedang saja, sekalipun itu sedikit". Apalagi perbuatan yang memperatasnamakan Islam dengan cara-cara kekerasan, seeperti pengeboman dan penyanderaan (tasyaddud), samasekali tidak ada tempatnya di dalam agama.

ADVERTISEMENT

Beragama secara berlebih-lebihan tidak sejalan dengan tujuan ibadah itu sendiri, yaitu untuk mewujudkan ketenangan, ketenteraman, kedamaian, dan kebahagiaan. Itulah sebabnya para ulama menetapkan kaedah bahwa: Al-Ashlu fi al-'ibadah al-haram illa ma dalla 'ala jawazih (pada dasarnya semua ibadah itu haram kecuali yang ada dalil khusus yang membenarkannya).

Ukuran baik atau buruknya seseorang tidak diukur oleh berlebih-lebihannya seseorang dalam menjalankan ibadah melainkan secara wajar menjalankan keseimbangan di dalam hidupnya. Rasulullah pernah mengatakan: Khairun nas anfa'uhum lin nas (sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi sesamanya).

Dalam Al-Qur'an surah al-Ma'un lebih tegas lagi menyatakan bahwa orang-orang yang beragama secara palsu atau kamuflase ialah mereka yang tidak care dengan anak-anak yatim dan fakir miskin. Bahkan sekalipun ahli shalat tetap diancam neraka jika shalatnya suka lalai (tidak fokus), didominasi riya, dan tidak peduli terhadap obyek-obyek yang membutuhkan perhatian.

Prof. Nasaruddin Umar

Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta


Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis

(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads