Kabar penangkapan babi ngepet yang sempat menghebohkan publik dan warganet karena viral pada pekan lalu di Bedahan, Sawangan, Depok, telah dipastikan sebagai rekayasa atau berita bohong. Polisi telah menetapkan warga bernama Adam Ibrahim, yang merupakan tokoh masyarakat setempat, sebagai tersangka penyebar berita hoaks. Polisi menyebut Adam merekayasa peristiwa itu agar dirinya menjadi lebih terkenal di kampungnya setelah mengaku berhasil menangkap babi ngepet.
Rekayasa itu telah direncanakan Adam kurang-lebih 1 bulan setelah mendapat kabar adanya masyarakat sekitar yang merasa kehilangan uang. Adam mengaku melakukan rekayasa penangkapan babi ngepet untuk menuntaskan masalah kehilangan uang warga. Namun akhir cerita rekayasa itu tidak sesuai harapan Adam. Kejadian itu malah menjadi viral dan menjadikan warga berbondong-bondong penasaran ingin menyaksikan babi hasil tangkapan Adam dan kawan-kawan.
Mitos babi ngepet memang sudah hidup dan berkembang menjadi cerita rakyat di Indonesia. Meskipun ada di mana-mana, cerita babi ngepet ini lekat dalam masyarakat Betawi. Seperti yang dimuat dalam buku Cerita Rakyat Betawi (2004) terbitan Dinas Kebudayaan dan Pemuseuman DKI Jakarta, babi ngepet digambarkan sebagai siluman babi yang berasal dari gunung. Babi ngepet disebut bisa mengambil uang orang dengan hanya menggesek-gesekan tubuhnya pada dinding rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, sejarawan Kuntowijoyo dalam bukunya, Muslim Tanpa Masjid, menjelaskan bahwa kepercayaan terkait pesugihan seperti babi ngepet dan tuyul ini muncul dari budaya masyarakat agraris. Kepercayaan ini muncul karena masyarakat agraris dulu meyakini bahwa mencari kekayaan harus dengan bekerja keras di lahan pertanian, bukan berleha-leha di rumah.
Lantas kenapa mitos 'babi ngepet' yang sebelum ditetapkan sebagai hoaks itu masih dipercayai sebagian masyarakat di era Industri 4.0? Kenapa pula fenomena ini bisa ditemukan di kota yang berbatasan dengan Ibu Kota Jakarta seperti Depok? Apa alasan warga Sawangan, Depok, dan sekitarnya berbondong-bondong ingin menyaksikan babi yang diklaim sebagai 'babi ngepet'?
Alfito Deannova dalam d'Rooftalk membahasnya bersama Kapolsek Sawangan AKP Rio Tobing, sejarawan sekaligus budayawan Betawi JJ Rizal, dan sosiolog Universitas Indonesia Daisy Indira Yasmine. Simak diskusinya dalam d'Rooftalk: 'Gaduh Mitos Babi Ngepet.'
(hnf/hnf)