Sebelas Dua Belas Aksi Gibran dan Bobby Pecat Bawahan Culas

Round-Up

Sebelas Dua Belas Aksi Gibran dan Bobby Pecat Bawahan Culas

Tim detikcom - detikNews
Senin, 03 Mei 2021 07:54 WIB
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan Wali Kota Medan, Bobby Nasution.
Foto: Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution (dok. detikcom)
Jakarta -

Aksi Wali Kota Medan Bobby Nasution memecat bawahnya yang menyimpang tak jauh beda dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Aksi keduanya sebelas dua belas menindak anak buah yang berbuat tak tangkas alias culas ke masyarakat.

Menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution mencopot Edwin Effendi dari jabatan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Medan karena dinilai lambat menangani COVID-19. Bobby mengatakan banyak permasalahan kesehatan di Medan yang harus segera dituntaskan.

"Ya (dicopot). Ini kan sudah selalu kita ingatkan. Masalah COVID-19 sudah saya sampaikan berkali-kali. Masalah COVID-19 ini penyelesaiannya adalah program utama kita juga," kata Bobby Nasution setelah melakukan sidak di Medan, Jumat (23/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara waktu posisi Kadis Kesehatan Medan diisi Syamsul Nasution sebagai pelaksana tugas (Plt) Syamsul yang merupakan Wakil Direktur RSUD Pirngadi. Bobby meminta Dinas Kesehatan bekerja cepat, namun menurutnya belum terlaksana.

"Kemarin juga, beberapa hari setelah saya dilantik, kita sama-sama tahu, permasalahan kesehatan ini juga terus menggunung, menumpuk, dan saya selalu meminta perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan mulai dari pendataan hingga penanganan. Mungkin belum bisa terjadi oleh karena itu untuk percepatan saja. Untuk percepatan dalam penyelesaian persoalan COVID-19, makanya kita sesuaikan dengan gerak (ritme) kita hari ini," ujar Bobby.

ADVERTISEMENT

Selain mencopot eks Kadinkes Edwin, Bobby juga mencopot Lurah di Medan. Bobby melakukan sidak ke kantor Kelurahan Sidorame Timur, Kecamatan Medan Perjuangan.

Bobby masuk dan menjumpai Lurah Hermanto serta Kasi Pembangunan Dina Simanjuntak. Bobby lantas bertanya-tanya soal laporan warga yang diterimanya kepada Lurah. Namun Hermanto mengaku tak ada pungli.

"Ada kutipan-kutipan, Pak?" tanya Bobby.

"Nggak ada," jawab Hermanto.

Singkat cerita, Bobby langsung memutar rekaman yang berisi soal permintaan uang di depan keduanya. Tak lama kemudian, salah satu kepala lingkungan atau kepling tiba di kantor kelurahan.

Bobby yang sudah mendengar itu lantas langsung memerintahkan stafnya menelepon BKD. Bobby memerintahkan agar lurah serta Kasi Pembangunan di kelurahan itu langsung dicopot.

"Suruh ganti saja bapak ini, suruh berhentikan lurahnya sama ibu ini juga (Kasi Pembangunan). Kok seperti itu kinerjanya," sebut Bobby.

Tak berbeda jauh dengan iparnya, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mencopot Lurah Gajahan berinisial S yang diduga terlibat pungli bermodus zakat dan sedekah bersama petugas linmas.

Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:

"Hari Senin (lurah) dibebastugaskan. Pokoknya nanti habis ini semuanya akan diproses oleh Inspektorat dan dinas terkait," kata Gibran setelah memimpin upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Balai Kota Solo, Minggu (2/5/2021).

Gibran menyebut tindakan itu dilarang dalam Surat Edaran Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 13 Tahun 2021 tentang Pencegahan Korupsi dan Pengendalian Gratifikasi Hari Raya. Pada poin 4 tertulis larangan meminta dana dengan mengatasnamakan tunjangan hari raya ataupun sebutan lain.

"Tertulis jelas (penarikan dana) shodaqoh, zakat, fitrah itu salah makanya ini langsung kita bebas tugaskan. Nggak mau lama-lama, sudah sangat bikin warga kurang nyaman," ujar dia.

Aksi Gibran mencopot lurah bermasalah dinilai sebagai upaya menunjukkan kemampuan. Selain itu, Gibran dinilai ingin menunjukkan bahwa dia bisa tegas kepada bawahan.

"Gibran ingin menunjukkan kepada publik bahwa sebagai Wali Kota Solo dia bisa bertangan besi, bisa keras kepada pihak-pihak yang tidak sesuai dengan prosedur, seperti lurah pungli. Ini yang saya sebut, Gibran ini mulai unjuk kebolehan sebagai wali kota," kata Direktur Parameter Politik, Adi Prayitno.

Adi menyebut publik menilai Gibran bisa menjadi wali kota karena embel-embel anak presiden. Karena itu, menurutnya, keputusan memecat lurah yang diduga terlibat pungli ini adalah upaya Gibran 'melawan' penilaian publik.

"Kan selama ini publik menilai Gibran jadi wali kota terlampau mudah karena dia anak presiden dan tidak didasarkan pada rekam jejak, kapasitas, kompetensi, dan leadership. Nah, sepertinya pemecatan lurah pungli ini sebagai unjuk kebolehan dari Gibran kepada publik bahwa dia bisa bekerja dengan tegas, dengan keras kepada pihak-pihak yang memang tidak sesuai dengan kaidah dan norma demokrasi dan pemerintahan," papar Adi.

"Jadi Gibran di sini tidak mau disebut sebagai wali kota yang duduk manis, menang. Tapi sekali lagi, dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa melakukan apa saja, tangan besi kepada pihak yang menurut dia melanggar hukum dan aturan," imbuhnya.

Sama halnya dengan Gibran di Solo. Adi juga menilai Bobby sedang unjuk kebolehan dengan memecat lurah ketahuan pungli.

"Kan polanya hampir sama dengan Bobby di Medan. Bobby juga memecat orang yang dinilai melakukan tindakan-tindakan extra ordinary kan. Baik Gibran ataupun Bobby sepertinya mulai ingin menunjukkan kepada publik bahwa dia bisa unjuk kebolehan menjadi wali kota," terangnya.

Halaman 2 dari 2
(rfs/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads