Kebahagiaan merupakan dambaan setiap hamba, dan saatnya berbahagia ketika sudah masuk pada bulan suci ini. Betapa tidak, semua amal yang dilakukan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt.
Ada sebuah kisah yang terkait kebahagiaan. Seorang suami marah-marah kepada isterinya lalu mengatakan," Akan kulenyapkan seluruh kebahagianmu." Dengan tenangnya sang istri menjawab," Kau tak mungkin mampu melenyapkan kebahagiaanku sebagaimana engkau tak mungkin mampu memberikan kebahagiaan kepadaku."
Sang suami kaget dan bertanya," Kenapa demikian?"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Isteri menjawab dengan penuh keyakinan," Andaikata kebahagiaanku terletak dalam nafkah, tentu engkau mampu menghilangkannya. Begitu pula jika terletak pada busana dan perhiasan. Namun kebahagiaanku bukanlah dalam apa yang kau miliki dan tidak bisa dikuasai oleh siapapun, termasuk dirimu."
Sang suami terheran-heran dengan jawaban isterinya ini, kemudian dia bertanya lagi, " Lalu di mana letak kebahagiaan itu ?"
Dengan mantab isterinya menjawab, " Sesungguhnya kebahagiaan hanya bisa kuperoleh dalam keimananku. Dan keimananku berada dalam hatiku. Tak kan pernah ada yang bisa menguasai hatiku kecuali Tuhanku. "
Dari kisah ini, jelas bahwa iman merupakan inti yang bisa memberikan kebahagiaan. Namun demikian materi bukannya tidak mempunyai peran dalam kebahagiaan. Rasulullah bersabda, " Termasuk kebahagiaan adalah wanita yang salihah, rumah yang baik serta kendaraan yang baik ( Diriwayatkan : Ahmad ). Iman sebagai sumber kebahagiaan, juga sumber keamanan lahir dan batin. Tanpa ada keimanan, semua itu hanya sebatas fantasi. Kebahagiaan hidup telah ditegaskan dalam firman-Nya, " Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik ( hayatan thayyibah )," ( QS. an-Nahl [16] : 97 ).
Kebahagiaan laksana sebuah pohon yang rindang. Tempat tumbuhnya adalah jiwa dan hati nurani. Adapun makanan, nutrisi, cahaya, udara dan pengairan adalah keimanan kepada Allah Swt. Penulis menyampaikan syairnya dalam mempertegas inti dari bahagia, " Engkau menjadi dambaan setiap orang.
Cendekiawan yg selalu berpikir dan orang awam yg peras keringat dan banting tulang.
Para raja yg bertahta di singgasana istana, kaum papa yg berteduh di gubuk reyot.
Semua menginginkan kebahagiaqn menjadi miliknya.
Wahai bahagia, dicmana alamatmu?
Agar tidak salah arah.
Banyak orang mencari bahagia, bukan pd bahagia berada.
Laksana mencari mutiara di padang pasir.
Kau kembali dg kesia-siaqn.
Banyak orang mencari kebahagiaan pada tumpukan materi dan jabatan.
Kau luluskan nafsu syahwatmu.
Seakan kau dapatkan bahagia itu, namun sesaat.
Kau lupa harta dan jabatan mesti dijaga, ketika lengah maka berkurang dan bisa hilang.
Kau akan bertemu dengan kegalauan, kesedihan dan duka nestapa.
Dikisahkan lebih 20 tahun lalu, penduduk suatu negeri yang kaya dan tidak ada rakyat yang miskin.
Jaminan pekerjaan, hari tua semua lengkap.
Mereka makmur, namun masih ada yg susah, mengeluh dan putus asa.
Semua itu karena tiadanya Iman.
Wahai iman, engkaulah sumber kebahagiaanku.
Jangan jauhkan diriku dari darimu.
Engkau menjadi dekapan setiap hamba.
Tiada mimpi bahagia tanpa adanya kau.
Maka selalu ingatlah pada at-Taubah : 55.
Maka kebahagiaan janganlah dikejar, dia akan datang tatkala seseorang telah beriman. Laksanakan rukun iman dengan keyakinan yang paripurna, In syaa Allah engkau akan didatangi kebahagiaan. Tiada goyah dalam bersikap meski roda kehidupan selalu berputar, kadang di atas dan kadang pula di bawah. Maka sikap bersyukur saat mendapatkan nikmat dan bersabar saat menerima ujian.
Dalam bulan suci ini kita akan bahagia jika bisa melakukan beberapa hal seperti :
1. Menjaga mulut, untuk tidak berkata - kata buruk apalagi melakukan gibah.
2. Menjaga perasaan untuk tidak berbangga diri, atas amalan, jabatan, materi dan keluarganya. Apalagi berbangga diri atas ilmu yang dimiliki dan merendahkan ilmu orang lain meski hanya membatin ( dalam hati ).
3. Kesombongan, ada yang hanya dal hati dan kadang ditampakkan. Saya lebih hebat, lebih kaya dan lebih pangkat dari Si Anu, meski hanya dalam hati. Sedang yang tampak seperti, beramal karena ingin melebihi amal tetangganya.
Dengan keteguhan iman, kita jaga dari perbuatan-perbuatan yang melemahkan. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan pada kita agar keimanan tetap bersemayam dalam diri.
Aunur Rofiq
Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)
(erd/erd)