Kasi Monitoring Kebijakan Kamla pada Direktorat Kebijakan dan Strategi Bakamla, Feri Haryanto, mengungkapkan peran Ali Fahmi alias Fahmi Habsyi dalam proyek backbone coastal surveillance system (BCSS). Feri menyebut Fahmi sebagai orang yang menghubungkan DPR dengan Bakamla.
Awalnya, jaksa KPK Takdir Suhan mengonfirmasi apakah Feri mengenal Fahmi. Feri mengaku dia mengenal Fahmi, yang merupakan staf ahli Kepala Bakamla saat itu, Arie Sadewo.
"Dia pernah masuk ke ruangan, dan saya tanya yang bersangkutan siapa. Dia mengaku tim ahli Kabakamla ingin temui Arief Meidyanto (Kepala Kantor Pengelolaan Informasi Marabahaya Laut)," ujar Feri saat bersaksi dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Kamis (29/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaksa kemudian membacakan berita acara pemeriksaan (BAP) Feri. Dalam BAP itu Feri mengaku Fahmi memiliki peran di proyek pengadaan BCSS, yakni menghubungkan DPR dengan Bakamla.
"BAP: saya kenal Fahmi sebagai staf ahli khusus Kabakamla Tahun 2016. Saya sering lihat Fahmi datang ke Kantor Pengelolaan Informasi, KPI, dan ketemu berbincang Arief Meidyanto. Saya mengetahui Fahmi orang yang sambungkan Bakamla dengan pihak DPR," ungkap jaksa saat membacakan BAP Feri.
Feri membenarkan BAP itu. Feri mengaku pernah diberi tahu Fahmi kalau Fahmi ini yang mengurus proyek ini di DPR.
"Dia bilang dia akan sambungkan proyek ini dengan komisi di DPR. Bakamla berhubungan dengan Komisi I DPR," kata Feri.
Diketahui, nama Fahmi Habsyi ini memang beberapa kali disebut dalam perkara pengadaan di Bakamla. Dalam pusaran kasus suap proyek Bakamla ini Fahmi disebut berperan penting.
Nama Fahmi ini juga muncul dalam dakwaan mantan anggota DPR Fayakhun Andriadi. Fayakhun sendiri sudah divonis penjara 8 tahun terkait proyek Bakamla pengadaan satelit monitoring dan drone.
Sedangkan dalam dakwaan terdakwa anggota Tim Unit Layanan dan Pengadaan (ULP) Bakamla, Juli Amar Ma'ruf, Fahmi Habsyi disebut yang membantu Direktur PT CMI Teknologi Rahardjo Pratijhno menangani proyek BCSS Bakamla. Proyek ini kemudian disebut jaksa membuat negara merugi Rp 63 miliar.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya.