Belum lama ini, sebagian Pasar Minggu mengalami kebakaran. Pedagang Pasar Minggu, terutama yang menggunakan kompor untuk berjualan, diwajibkan memiliki alat pemadam api ringan (APAR). Namun kebanyakan pedagang belum bisa menggunakannya.
"Kan ada petunjuknya di situ ya, kalau kita baru beli, nggak bisa dipakai. Kalau lagi pas pemadam, pas terjadi kebakaran baru kita gunain," kata pedagang kopi bernama Bang Jali saat ditemui di Blok B Pasar Minggu, Senin (26/4/2021).
Bang Jali belum pernah mendapat pelatihan terkait penggunaan APAR atau simulasi kebakaran. Padahal dia mengaku mau mengikuti jika ada pelatihan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau memang ada, ya gimana nggak mau? Ya orang buat ilmu pengetahuan ya," katanya.
![]() |
Tabung pemadam sederhana tersebut banyak terlihat di Pasar Minggu. Setiap pedagang yang menggunakan kompor wajib memilikinya. Namun alat tersebut dibeli sendiri.
"Beli sendiri, wajib, kalau nggak ada itu nggak bisa jualan," katanya.
Sodiq, salah satu pedagang di Blok B Pasar Minggu, juga mengaku tidak bisa menggunakan APAR. "Nggak bisa," kata dia.
Selanjutnya, sudah adakah pelatihan?:
Dia menyebut belum pernah ada pelatihan terkait hal tersebut.
"Nggak pernah (ada pelatihan), kalau kita memang beginian kan nggak punya nih, yang itu kan khusus kaya warteg, tukang kopi, gitu," kata Sodiq.
Namun, menurutnya, alat pemadam kebakaran kini sudah ada di pasar tersebut. "Sudah lengkap semua," katanya.
![]() |
Dia mengaku takut apabila musibah kebakaran menimpa tokonya. Sodiq, yang berjualan bumbu dan rempah-rempah, harus meninggalkan dagangannya ketika pasarnya tutup. Padahal, dia menstok dagangannya untuk satu bulan.
"Ya takut lah, dan kerugian kan lumayan kalau kita dagang (kemudian kebakaran) di sini," ujarnya.
Sejak kebakaran, dia meningkatkan kewaspadaan. Selain mengurangi stok dagangannya, dia memperhatikan rokok yang bisa menjadi sumber kebakaran.
"Kewaspadaan kaya semacam hal kecilnya nih kaya rokok, kadang kan kita bebas juga nih," ungkapnya.
Pedagang lainnya juga mengaku tidak bisa menggunakan APAR. Menurutnya, memang pelatihan harus diberikan, minimal pedagang yang bisa harus memberi tahu kepada pedagang lain cara menggunakan APAR. Namun, menurutnya, peran petugaslah yang lebih dibutuhkan untuk masalah tersebut.
"Kalau saya nggak bisa (menggunakan APAR), kan ada petugasnya khusus," kata pedagang beras bernama Nanang Rasito.
"Kalau pedagang ya iya, harus dilatih-latih juga, dikasih tahu orang yang udah tahulah," ujarnya.