Kementerian ESDM mengapresiasi langkah Pemerintah Kota Tangerang yang melakukan kerja sama penyediaan bahan bakar cofiring untuk PLTU pada anak usaha PLN yakni PT Indonesia Power (IP). Kerja sama ini diketahui sebagai langkah meningkatkan komitmen penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam penyediaan listrik tanah air.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengungkapkan langkah ini dimulai dengan penandatanganan kerja sama antara kedua belah pihak. Ia menyampaikan detail kerja sama ini terkait penyediaan bahan bakar Jumputan Padat untuk Cofiring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Adapun penandatanganannya dilakukan secara daring oleh Direktur Utama PT Indonesia Power, M. Ahsin Sidqi bersama Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah. Prosesi yang berlangsung Jumat (23/4) ini juga disaksikan oleh Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, M. Ikhsan Asaad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langkah yang perlu diapresiasi karena melalui pemanfaatan sampah Kota Tangerang sebagai bahan bakar cofiring berarti tak hanya memenuhi kebutuhan pasokan listrik dengan sumber EBT tetapi juga sekaligus menyelesaikan permasalahan lingkungan," ungkap Agung dalam keterangan tertulis, Minggu (25/4/2021).
Sementara itu, Walikota Tangerang Arief R. Wilmansyah berharap kerja sama ini dapat menjadi solusi penanganan masalah sampah di Kota Tangerang. Ia mengungkap dengan total penduduk hampir 2 juta, jumlah sampah di Kota Tangerang saat ini mencapai 1.500 ton
"Jadi kami sangat mengapresiasi niat dan langkah terobosan sangat baik dariPLN dan IP dalam memberikan solusi bagi penanganan lingkungan di daerah. Setiap daerah menganggap sampah menjadi masalah, padahal dengan teknologi yang ada sekarang ini dapat menjadi EBT bisa membantu support dari kebutuhan pengganti batu bara," ucap Arief.
Arief mengatakan lewat kerja sama ini Pemkot Tangerang akan melakukan pengembangan kelompok masyarakat (community development) serta fasilitasi komersialisasi pasokan bahan bakar jumputan padat.
Ia menerangkan bahan bakar jumputan padat meru-pakan bahan bakar yang berasal dari limbah (sampah) yang telah melalui proses pemilahan dan homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil, atau dibentuk menjadi pelet yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Adapun jumputan tersebut akan diolah melalui Teknologi Biodrying atau melalui Teknologi Maggot. Teknologi Biodrying, lanjut Arief, adalah dekomposisi zat organik secara parsial dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme dibantu aerasi untuk menghilangkan kelembapan. Sementara untuk teknologi maggot, kata Arief, merupakan dekomposisi zat organik dengan memanfaatkan belatung lalat Black Soldier Fly (BSF).
Arief mengungkap saat ini uji coba cofiring biomassa bahan bakar jumputan padat memanfaatkan pengolahan sampah dengan skala riset 5 ton/hari. Ia berharap jumlah tersebut dapat terus berkembang sesuai dengan uji coba yang dilakukan.
Selain itu, Direktur Utama PT Indonesia Power M. Ahsin Sidqi mengatakan perseroan terus melakukan pengembangan program cofiring di berbagai lokasi.
"Dimulai dari Bali, Jeranjang, Suralaya, dan terus tumbuh di pembangkit lainnya. Sinergi Pemerintah Kota Tangerang dan Indonesia Power lewat cofiring diharap membawa berkah dan kemajuan bersama. Kerja baik harus diwujudkan segera. Walaupun kapasitas olah sampah saat ini baru 5 Ton perhari diharapkan akan terus tumbuh dan mampu menyuplai 100 ton perhari," pungkas Ahsin.
Sebagai informasi, cofiring merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batubara di PLTU. Ahsin mengatakan pihaknya berencana untuk dapat melakukan cofiring pada 52 lokasi PLTU batu bara eksisting sampai dengan tahun 2024.
(ega/ega)