Penyelidikan kasus dugaan penistaan agama oleh Jozeph Paul Zhang terus berjalan. Kini Polri menggandeng Interpol untuk memburu Jozeph Paul Zhang yang diduga sedang berada di luar negeri.
Awal Mula Kasus
Kasus bermula setelah video Jozeph Paul Zhang viral di media sosial. Dalam video itu, Jozeph Paul Zhang menantang warga untuk melaporkannya ke polisi karena mengaku sebagai nabi ke-26.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan tersebut disampaikan Jozeph Paul Zhang dalam sebuah forum diskusi via Zoom yang juga ditayangkan di akun YouTube pribadinya. Jozeph Paul Zhang awalnya membuka forum Zoom bertajuk 'Puasa Lalim Islam' dengan menyapa peserta yang ada di beberapa belahan dunia.
"Shalom yang ada di Afrika, di Rusia, Amerika, Kanada, ya Amerika sudah masuk. Yang ada di New Zealand, Australia, shalom semua, rahayu. Yang ada di Kamboja. Juga di Thailand, Korea, luar biasa ya rombongan para nabi internasional. Tadi yang dari Kamboja mau daftar nomor 29. Saya suruh ambil no antrean dulu di Munchen," ujar Jozeph Paul Zhang seperti dilihat detikcom di akun YouTube Jozeph Paul Zhang, Sabtu (17/4/2021).
"Boleh ya semua yang mau ngantre, bisa nomor antrean nabi. Lah wong situ nabi Jones disuruh buka dalam doa malah buka puasa sendirian, melangkahi. Suruh buka dalam doa malah buka puasa dia. Gabener ini nabi Jones sekte sesat Tangkitarian. Disuruh buka dalam doa malah buka tangki lu, gabener. Ya kita-kita terus berdoa yang ada di NTT ya. Terus kita doakan kalian semua ada di hati kami dan kita selalu push supaya temen-temen untuk bantu temen-temen di NTT. Haleluya, shalom semuanya," ujar Jozeph Paul Zhang.
Setelah menyapa para peserta, Jozeph Paul Zhang kemudian membuka tema Zoom terkait 'puasa lalim Islam'.
"Tema kita hari ini puasa lalim Islam. Luar biasa, lu yang puasa gua yang laper! Ha..ha,,ha... Gubrak gubrak. Password seperti biasa ya, buka jus jus jus gubrak gubrak gubrak olala bebe. Serius hari ini ya lu yang puasa gua yang laper, gabener lu," katanya.
Masih dalam pembukaan itu, Jozeph Paul Zhang lalu bicara soal ibadah puasa teman-teman muslimnya yang ada di Eropa. Menurutnya, teman-temannya itu melaksanakan ibadah puasa hanya di tahun pertama saja karena takut akan Allah.
"Ini saya dikirimi sama temen2 dari... Yang saya bagikan lalimnya. Jadi kalau kita lihat sekarang di Indo kan pada lagi puasa ya. Kalau di Eropa juga lagi pada...bukan lagi pada puasa, lagi duniawi nggak puasa. Sebab temen-temen muslim di Eropa ini tahun pertama puasa, takut sama Allah. Tahun kedua puasanya separo, nyoba Allah lihat apa nggak. Tahun 3 bablas nggak yang puasa, Allah nggak lihat. Loh kenapa? Kan Allah Maha Tahu. Gak, Allah lagi dikurung di Kakbah," katanya sambil tertawa.
"Kurang ajar. Emang gitu yah? Tahun pertama mereka masi puasa full. tahun kedua mereka separo. Tahun ketiga rata-rata udah pada ga puasa lagi. Tiap hari ngeliat porselen. Tiap hari mereka... Apalagi di sini sejuk. Kalau mau cocok di sini sejuk," sambungnya lagi.
Beberapa peserta kemudian ikut berkomentar soal puasa. Hingga kemudian Jozeph Paul Zhang mengaku merasa tidak nyaman dengan adanya bulan puasa, Ia bahkan menyebut suasana jelang Idul Fitri sebagai sesuatu yang mengerikan.
"Tapi dari dulu saya kalau lagi bulan puasa itu adalah bulan-bulan paling tidak nyaman. Apalagi kalau deket-deket Idul Fitri. 'Dung..dung..breng...dung...dung...breng Sarimin pergi ke pasar..dung dung..breng Allah bubar'. Wah itu tuh udah paling mengerikan. Itu horor banget," katanya.
Ia lantas mengungkap telah membuat video sayembara. Ia menantang orang-orang untuk melaporkannya ke polisi karena penistaan agama dengan mengaku sebagai nabi ke-26.
"Gua kasih sayembara. Gua udah bikin video. saya udah bikin video tantangan. Yang bisa laporin gua ke polisi gua kasih uang yang bisa laporin gua ke polisi penistaan agama, nih gua ni nabi ke-26, Jozeph Paul Zhang. Meluruskan kesesatan ajaran nabi ke-25 dan kecabulannya yang maha cabulullah," tuturnya.
Jozeph Paul Zhang menantang minimal ada 5 laporan polisi di polres berbeda. Jozeph Paul Zhang akan menghadiahi orang yang melaporkannya Rp 1 juta.
"Kalau Anda bisa bikin laporan polisi atas nama penistaan agama gua kasih 1 laporan satu juta. Maksimal lima laporan. Supaya nggak bilang gua ngibul kan jadi kan lima juta. Di wilayah Polres yang berbeda. Saya kasih 1 laporan satu juta. Jadi 5 laporan lima juta. Sabar ya. Klub nabi ke-16, lu pake kaos lu disambit orang lu, wah ini dia klub penista agama," tuturnya.
Tonton video 'Teka-teki Keberadaan Jozeph Paul Zhang':
Polri Turun Tangan
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo angkat bicara mengenai hal tersebut. Sigit mengatakan kasus dugaan penistaan agama oleh Jozeph Paul Zhang sedang diselidiki Bareskrim.
"Sedang kami selidiki," kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (17/4).
Berdasarkan informasi Kantor Imigrasi Kelas I Soekarno Hatta berdasarkan Travel document no B6622531, Jozeph Paul Zhang tidak lagi berada di Indonesia. Dia tercatat meninggalkan Indonesia menuju Hong Kong sejak tanggal 11 Januari 2018.
Pernyataan senada juga disampaikan Kabareskrim Komjen Agus Andrianto. Agus mengatakan Bareskrim telah bergerak untuk menemukan Jozeph Paul Zhang.
"Subdit 1 Dittipisiber akan melakukan monitoring dan bekerja sama dengan pihak Imigrasi untuk mengetahui keberadaan tersangka," ujar Komjen Agus saat dikonfirmasi.
Jozeph Paul Zhang Diduga di Jerman
Informasi mengenai keberadaan Jozeph Paul Zhang menjadi perbincangan. Salah seorang pelapor Jozeph ke Bareskrim, Husin Shahab, mengaku mendapat informasi bahwa Jozeph diduga berada di Jerman.
"Iya saya dengar berita, informasi, dari beberapa netizen, dia bilang bahwa Jozeph Paul ini ada di Jerman," kata Husin saat dihubungi, Minggu (18/4).
"Dan kemudian dari Pak Kapolri sendiri sudah investigasi di imigrasi, mengecek langsung bahwa orang ini memang ada bepergian, bepergian ke luar negeri," tambahnya.
Husin berharap Jozeph Paul Zhang segera ditangkap. Sebab, menurut dia, bisa muncul banyak orang seperti Jozeph di kemudian hari bila polisi tidak menindaklanjuti kasus dugaan penistaan agama ini.
"Saya inginnya walaupun (Jozeph) di Jerman nih, saya ingin, biarpun katanya dia di Jerman, saya ingin polisi itu menunjukkan integritasnya supaya manusia seperti ini nih, yang ada di luar negeri nih, model-model manusia seperti ini, tidak sembarangan menyebarkan ujaran kebencian, sentimen agama, termasuk berita bohong yang dengan teknologi yang ada, itu menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian yang bisa memicu konflik di negara kita nih, gara-gara orang seperti ini dibiarkan liar di luar negeri," ucap dia.
Polri Gandeng Interpol
Bareskrim Polri berkoordinasi dengan Interpol untuk memburu keberadaan Jozeph Paul Zhang. Polri juga berkoordinasi dengan pihak imigrasi yang mengetahui data perlintasan Jozeph Paul Zhang sudah meninggalkan Indonesia sejak Januari 2018.
Seperti dikutip Antara, Minggu (18/4/2021), Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto mengatakan bahwa pihaknya menduga Jozeph tidak berada di Indonesia. Namun Agus menegaskan keberadaan Jozeph Paul Zhang di luar negeri tidak menghalangi untuk mendalami perkara tersebut dan sedang menyiapkan dokumen penyidikan.
"Mekanisme penyidikannya akan terus berjalan walaupun yang bersangkutan di luar negeri," kata Agus.
Bareskrim Polri bekerja sama dengan kepolisian luar negeri dan membuat daftar pencarian orang (DPO) terhadap Jozeph Paul Zhang. Hal itu agar Jozeph Paul Zhang bisa dideportasi dari negara tempat dia berada.
"Mekanisme kerja sama kepolisian luar negeri bisa berjalan, mau nggak negara tempat yang bersangkutan tinggal mendeportasi yang bersangkutan. DPO nanti akan diterbitkan," kata Agus.
Penjelasan KBRI
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin masih melacak keberadaan Jozeph Paul Zhang. KBRI Berlin menyebut Jozeph Paul Zhang bukanlah nama aslinya.
"Masih kita selidiki. Dalam data kita tidak ada data dengan nama demikian (Jozeph). Sementara diyakini nama aslinya bukan itu," ujar Pensosbud KBRI Berlin Hannan Hadi, saat dihubungi, Minggu (18/2/2021).
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, menduga Jozeph Paul Zhang keluar dari Jerman.
"Infonya sudah keluar dari Jerman. Kita lagi lacak," ucap Arif saat dihubungi terpisah.
Menurut Arif, Jozeph infonya hanya beberapa bulan di Jerman. Namun, Arif masih mengecek mengenai info tersebut.
"Dia di Bremen hanya 6 bulan infonya. Nah, sekarang lagi kita cek," katanya.