Komnas Perempuan mengecam penyataan YouTuber Atta Halilintar soal 'suara suami dari Tuhan'. Pernyataan Atta Halilintar tersebut ramai diperbincangkan di media sosial.
Mulanya, pernyataan kontroversial Atta tersebut muncul dalam podcast di YouTube The Hermansyah pada 12 Februari 2021, sebelum Atta dan Aurel Hermansyah sah menjadi suami-istri. Atta diwawancarai oleh Ashanti, yang kini menjadi ibu mertuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam perbincangan tersebut, Atta mengatakan dirinya telah berdiskusi dengan Aurel terkait prinsip hidup setelah menikah. Menurut Atta, ketika menikah, suara suami adalah dari Tuhan.
"Kalau udah berkeluarga, aku udah kepala keluarga bukan pas waktu tunangan. Izin suami, suara suami adalah dari Tuhan. Kalau aku nggak izin ini, kamu harus nurut, nggak bisa kayak sebelumnya," kata Atta seperti dilihat detikcom, Rabu (7/4/2021).
"Istilahnya hidup kamu sudah diserahkan ke laki-laki yang sudah bertanggung jawab atas kamu. Jadi nggak ada perdebatan yang soal-soal kayak gini kayak gitu, nggak kayak kita pas tunangan," lanjutnya.
Pernyataan Atta tersebut menjadi viral di media sosial. Menanggapi pernyataan tersebut, Komnas Perempuan mengecam pernyataan patriarki tersebut. Patriarki adalah sistem yang menempatkan posisi sosial lelaki di atas perempuan.
"Komnas Perempuan tentu prihatin dan kecewa atas pernyataan Atta Halilintar yang patriarkis dan menjadikan lembaga perkawinan atau keluarga sebagai media untuk melanggengkan bentuk-bentuk ketidakadilan gender," kata Komisioner Komnas Perempuan, Siti Aminah, kepada wartawan, Rabu (7/4/2021).
Simak juga 'Kontroversi yang Mengiringi Hari Bahagia Aurel-Atta Halilintar':
Siti juga mengatakan pernyataan Atta merupakan bentuk ketidakadilan gender. Pasalnya, segalanya ditentukan oleh suami.
"Bentuk ketidakadilan gender yang dilanggengkan adalah subordinasi, yaitu perempuan dianggap sebagai bukan pengambil keputusan, tapi ditentukan oleh suami. Perempuan yang berstatus istri kehilangan haknya untuk ikut menentukan atau memutuskan rumah tangga seperti apa yang akan dibangun," ungkapnya.
Dia juga menyoroti pernyataan Atta yang ingin memiliki 15 anak. Dia menilai keinginan Atta itu menganggap perempuan sebagai 'pabrik' anak saja.
"Seperti misalkan keinginan untuk memiliki anak 15 orang, sudahkah hal ini disepakati? Perempuan tidak bisa diposisikan sebagai 'pabrik' anak saja, perempuan memiliki hak untuk menentukan kapan, berapa jumlah anak dan jarak setiap anak dalam perkawinan," jelasnya.
Siti mengingatkan Atta semestinya bisa menjadi contoh yang baik karena posisinya sebagai public figure. Atta seharusnya bisa memahami makna tujuan perkawinan.
"Sebagai selebgram, Atta juga harus menghayati dan memahami makna tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga yang kekal dan bahagia berdasarkan ketuhanan YME. Yang artinya untuk mencapai itu harus ada kesalingan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan," tuturnya.