Pakar: Faktor Terorisme Mulanya Krisis Eksistensi, Baru Ideologi

Pakar: Faktor Terorisme Mulanya Krisis Eksistensi, Baru Ideologi

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 06 Apr 2021 20:17 WIB
Jakarta -

Pakar terorisme Noor Huda Ismail menjelaskan terkait sejumlah faktor yang menyebabkan pria atau wanita melakukan tindakan terorisme. Noor menyebut terorisme dilandasi oleh faktor kesepian atau krisis eksistensi.

Awalnya Noor mengungkap radikalisme tidak memandang gender. Dia menyebut pria dan wanita akan mengalami perubahan pengalaman hidup yang berbeda-beda mulai dari cara hingga alasan bergabung menjadi teroris.

"Lelaki dan perempuan punya life experience yang berbeda-beda, caranya, pesonanya, prosesnya, dan kenapa mereka gabung dan kenapa mereka tinggal," kata Noor seperti ditayangkan d'Rooftalk bertema 'Perempuan Dalam Jerat Terorisme', Selasa (6/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian ini lantas menjelaskan lebih spesifik kepada pihak perempuan yang terlibat terorisme. Menurutnya, wanita cenderung menjadi radikal lantaran permasalahan emosional dan relational.

"Kalau di perempuan itu rata-rata yang saya temui paling tidak itu namanya emosional dan relational, jadi karena emosi dan sangat private alasannya. Misalnya merasa tidak mendapatkan signifikansinya di dunia mainstream, maka mereka mencari signifikannya," ucap alumni Universitas Monash ini.

ADVERTISEMENT

Lalu Noor menjelaskan memang persoalan terorisme ini selalu dilandasi oleh alasan ideologi. Meski demikian, menurutnya, faktor awal penyebab seseorang menjadi radikal dan ikut paham teroris adalah faktor krisis eksistensi.

"Awalnya kesepian, kalau mem-frame ini pertanyaannya why? Itu pasti akan ideologi, kalau pertanyaannya how? Itu pasti jawabannya well being, ada kegalauan, permasalahan existential crisis," paparnya.

Setelah mengalami existential crisis, kata dia, ideologi radikalisme inilah yang akan selanjutnya masuk. Dia menyebut seseorang akan mencoba mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya yang biasa diberikan oleh ideologi radikal tersebut.

"Di sinilah ideologi itu memberi jawaban-jawaban yang memungkinkan mereka itu menyelesaikan masalah hidupnya. Tapi saya tidak pernah saya menemukan masalahnya karena ideologi, masalahnya selalu well being dulu, galau, kesepian dan terus di dalam kelompok ini yang terjadi ketika masuk, ideologi ini mulai berperan," ujarnya.

"Itu pun diperankan oleh operator, charismatic leader-nya, kalau jawabannya ideologi ini Maman Abdurahhman sudah dipenjara, Bin Laden sudah meninggal, Al-Baghdadi sudah tidak ada. Ini diterjemahkan oleh para operator-operatornya itu, dan masih banyak nanti orang yang bermasalah dengan well being-nya dan cara penyelesaian masalahnya itu dengan quick fix, ingin cepat selesai," lanjut dia.

Pelibatan wanita dalam aksi terorisme mencuat ke publik setelah ada aksi penyerangan di Mabes Polri yang dilakukan Zakiah Aini (25) pada pekan lalu. Dalam peristiwa itu, Zakiah sempat melepaskan enam tembakan dari airgun yang dibawanya hingga akhirnya ditembak mati.

(maa/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads