Seorang siswi SMA Negeri 20 Barombong, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Raihana Nurwahid, harus rela mendaki bukit meski tengah mengidap penyakit jantung. Hal itu harus dilakukan Raihana demi menempuh ujian akhir sekolahnya secara online.
Raihana memang mengenyam pendidikan SMA di Kota Makassar. Namun, karena mengalami sakit jantung, dia harus mengikuti proses ujian sekolah dari rumahnya di Dusun Lumika, Kecamatan Noling, Bupon, Kabupaten Luwu. Rumah Raihana itu memang jauh dari akses internet, sehingga perlu mendaki bukit untuk mendapatkan jaringan internet.
"Dia saat itu tengah mengikuti ujian akhir semester. Karena daerahnya sulit jaringan internet, dia naik ke atas bukit yang jaraknya 2 kilometer dari rumahnya. Padahal sudah kita kasih pengarahan untuk tidak perlu ikut ujian," kata Kepala SMAN 20 Barombong Mirdan Midding saat dimintai konfirmasi wartawan, Senin (5/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raihana sebelumnya tinggal di sekitar wilayah Barombong, Makassar, agar berfokus pada kegiatan sekolahnya. Namun, semenjak memiliki penyakit jantung, dia diharuskan belajar di rumah. Dia dan orang tuanya melakukan pengobatan di berbagai tempat, tapi penyakitnya tak kunjung sembuh.
Pihak sekolah, kata Mirdan, juga memberikan perlakuan khusus kepada Raihana agar bisa beristirahat di rumah sambil dapat belajar daring dari subsidi internet yang diberikan. Raihana telah melakukan belajar daring semenjak setahun yang lalu, setelah operasi jantung terakhir.
"Dia pamit pulang karena kekurangan biaya hidup, akhirnya anak ini pulang ke rumah orang tuanya di Luwu. Jaraknya hampir 400 kilometer dari Makassar. Daerah Noling ini daerah yang ada di gunung, dia (Noling) ada lembah," sebutnya.
Simak juga 'Prokes Diperketat, Sekolah di Polman Gelar Ujian Secara Langsung':
Semenjak pindah ke Luwu, akses komunikasi Raihana dengan pihak sekolah pun agak sulit dilakukan. Secara akademik, Mirdan menyebut siswanya ini salah seorang yang berprestasi. Sebelum ujian akhir semester, pihak sekolah telah meminta kepada orang tua Raihana untuk tidak mengikuti ujian. Namun saran sekolah itu tidak dihiraukan oleh Raihana.
"Dia ini pintar, jadi wali kelas pantau terus dia. Dia itu bisa dapat sinyal kalau naik ke gunung. Karena anak ini keras sekali keinginan belajar, jadi naik (bukit) untuk ikut ujian akhir semester. Tekadnya luar biasa," terang dia.
"Jadi sudah susah saya sampaikan sebelum ujian. Saya sampaikan jangan dia ikut. Dia cukup kirim WA saja, seminggu sekali, anak tidak mesti ke gunung, atau pas dapat sinyal kan otomatis terkirim," imbuh dia.
Meski begitu, berdasarkan hasil akademik Raihana, Mardin menyebut, berdasarkan aturan pemerintah, dia seharusnya tetap lulus meski tidak mengikuti ujian akhir sekolah dengan beberapa pertimbangan. Dia menambahkan, pertimbangan itu berdasarkan aturan pemerintah.
"Salah syarat satu kelulusan tidak hanya pencapaian kurikulum tetapi boleh dilihat dari prestasi non-akademik dan keaktifan siswa yang bersangkutan," tegas dia.