Novianto mengatakan, selain Gubernur Papua yang melakukan lintas batas secara ilegal, ada dua orang lainnya, yakni Elin Wonda dan Hendrik Abodondifu. Novianto pun menuturkan deportasi yang dilakukan pemerintah PNG merupakan bentuk tindakan keimigrasian.
"Untuk melakukan deportasi, tentu melalui konsulat di sana yang memfasilitasi, sehingga dibuatkan dokumen perjalanan, yakni surat perjalanan laksana paspor (SPLP)," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lukas Enembe sendiri mengaku salah karena telah masuk ke wilayah Papua Nugini secara ilegal.
"Saya naik ojek ke sana, sebenarnya itu salah, saya tahu karena orang lain tidak urus saya sehat," kata Lukas Enembe kepada wartawan, Jumat (2/4).
Lukas Enembe mengaku pergi ke Papua Nugini untuk menjalani terapi saraf kaki. Sebelumnya, dia juga berobat ke Jakarta untuk terapi saraf otak.
"Saya pergi untuk terapi saraf kaki. Kalau saraf otak, kita sudah terapi di Jakarta. Sama-sama konsul saya di sana, sejak hari pertama," ujar Lukas Enembe.
Selain itu, terselip cerita lain di balik Lukas Enembe yang masuk ke Papua Nugini melewati jalan tradisional atau jalan tikus. Tukang ojek yang mengantarkan Gubernur Papua itu diberi uang Rp 100.000 oleh Lukas Enembe.
"Saat saya mengantar ke perbatasan PNG, Rabu (2/4) tidak mengetahui bila yang diantar adalah Gubernur Papua Lukas Enembe, karena menggunakan masker dan dibonceng bersama salah satu penumpang yang ikut bersamanya," kata Hendri pengojek yang ditemui di sekitar Skouw, perbatasan RI-PNG, Jumat (2/4) seperti dilansir Antara.
Dia sempat menyampaikan uang atau ongkos ojek yang diberi terlalu besar tapi salah seorang yang mendampingi Gubernur Papua Lukas Enembe menyatakan bagi sama rekannya yang mengangkut penumpang lain dalam rombongan tersebut.
Rombongan yang ternyata adalah Gubernur Lukas Enembe itu diantar hingga ke perbatasan dan tidak tampak penjemput, hanya beberapa tukang ojek yang ada di Papua Nugini.
Untuk tarif ojek ke batas PNG melalui jalan tikus atau jalan tradisional hanya dua kina (kina adalah mata uang PNG yang kurs di pasarannya sekitar Rp 4.000/kina).
"Saya baru mengetahui bila yang dibonceng adalah Gubernur Enembe setelah diberitahu rekan tukang ojek lainnya," kata Hendri, yang mengaku baru berprofesi sebagai tukang ojek di perbatasan sekitar dua tahunan karena sebelumnya sopir angkot.
Simak juga 'Pemerintah Perpanjang Dana Otonomi Khusus Papua':
(knv/maa)