Panglima TNI Bicara Kekuatan Udara sebagai Game Changer di Medan Perang

Panglima TNI Bicara Kekuatan Udara sebagai Game Changer di Medan Perang

Audrey Santoso - detikNews
Rabu, 31 Mar 2021 17:14 WIB
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (Puspen TNI)
Jakarta -

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan kekuatan militer udara adalah penentu dalam hampir semua konflik modern dunia. Menurut Hadi, kekuatan udara menjadi 'pengubah permainan' di medan perang.

"Airpower atau kekuatan udara menjadi penentu kemenangan dalam hampir setiap konflik modern di dunia. Dalam sejarah peperangan modern menunjukkan bahwa kekuatan udara menjadi game changer di medan pertempuran," kata Hadi, dikutip detikcom dari keterangan tertulis Puspen TNI, Rabu (31/3/2021).

Hal itu disampaikan oleh Hadi saat memberikan keynote speech di acara seminar Airpower, yang diselenggarakan oleh Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau), Bandung, Jawa Barat (Jabar). Seminar tersebut digelar secara daring.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadi kemudian menyampaikan pada Perang Dunia II tercatat sejarah lengkap kebangkitan kekuatan udara sebagai senjata mematikan baru dalam pertempuran. Kebangkitan kekuatan udara yang dimaksud adalah saat Pearl Harbour diluluhlantakkan pesawat tempur Jepang saat itu.

"Kita masih ingat bagaimana Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour dilumpuhkan oleh skuadron pesawat pembom dan pesawat tempur Jepang yang diluncurkan dari kapal induk," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Hadi, nilai strategis kekuatan udara mencapai puncak saat konflik Azerbaijan dan Armenia di Nagorno Karabakh. Peristiwa itu, lanjut Hadi, dapat dijadikan pembelajaran bagi insan militer udara.

"Kemenangan Azerbaijan atas Armenia telah membuka mata dunia terhadap kekuatan udara baru yang efektif, efisien dan mematikan, yaitu pesawat tempur nirawak atau unmanned combat aerial vehicle (UCAV)," ucap Hadi.

Hadi menyampaikan, UCAV tak cuma digunakan untuk misi penyerangan. Drone-drone taktis dan strategis itu telah dimanfaatkan sebagai mata di angkasa atau eyes in the sky untuk kepentingan di masa damai.

"Bila kita mencermati dinamika lingkungan strategis di kawasan, khususnya Indopasifik, tren konflik yang berpotensi terjadi akan berada di domain maritime," terang dia.

Hadi lalu menjabarkan konsep Network Centric Warfare (NCW) menjadi visi TNI untuk melakukan integrasi kesisteman seluruh alat utama sistem senjata (alutsista) TNI. Masih kata Hadi, interoperabilitas akan menjadi budaya organisasi TNI dan berfungsi sebagai jantung kekuatan gabungan matra-matra TNI ke depannya.

"Tantangan tersebut harus dicermati dan disikapi serta menjadi alasan utama mengapa kita membutuhkan transformasi airpower TNI Angkatan Udara," tutur dia.

Terakhir, Hadi mengutip pesan Presiden RI pertama, Sukarno mengenai kekuatan nasional suatu negara ada di udara. "Kuasai udara untuk melaksanakan kehendak nasional, karena kekuatan nasional di udara adalah faktor yang menentukan dalam perang modern. Pesan proklamator Republik Indonesia tersebut masih kita rasakan relevan hingga saat ini dan pesan tersebut harus kita jadikan sebagai motivasi dan inspirasi untuk mewujudkan airpower TNI Angkatan Udara," tutup dia.

(aud/hri)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads