Cerita Putri Papua Ikut Pendidikan di Pusdik Kowad: Antara Hidup dan Mati

Cerita Putri Papua Ikut Pendidikan di Pusdik Kowad: Antara Hidup dan Mati

Audrey Santoso - detikNews
Rabu, 31 Mar 2021 15:31 WIB
Serda Lisbeth Duwith
Serda Lisbeth Duwith (Foto: dok. TNI AD)
Jakarta -

Serda Lisbeth Duwith, putri asli Papua Barat, yang baru saja menyelesaikan pendidikan bintara karier di Pusat Pendidikan Komando Wanita Angkatan Darat (Pusdik Kowad) menceritakan pengalaman tak terlupakan selama mengikuti pendidikan militer. Yang paling berkesan baginya adalah saat latihan merayap di tanah sambil dihujani peluru.

Lisa tak menepis dirinya ketakutan saat itu. Dia melihat senapan laras panjang pelatih melontarkan timah panas bertubi-tubi ke arah dia dan siswa Secaba Kowad lainnya.

"Saya merasa takut karena lihat pertama dari atas itu benar-benar ditembak, ini antara hidup dan mati ini. Antara hidup dan mati karena mereka memakai amunisi, amunisi tajam," cerita Lisa, sapaan akrabnya, dikutip detikcom dari tayangan video di YouTube resmi TNI AD, Rabu (31/3/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat berusaha mengalahkan rasa takut, Lisa merasa dadanya sakit. Namun dia mengaku tetap berusaha menyelesaikan tahapan latihan dengan merayap sampai garis akhir.

"Di situ saat merayap, dada saya sakit, jadi saya agak ketinggalan. Tapi saya terus berusaha, dan saya harus bisa," ucap Lisa.

ADVERTISEMENT

Latihan militer ini tak mudah karena masing-masing siswi Secaba Kowad harus memegang senjata laras panjang M-16 sambil merayap. Perempuan asal Sorong Selatan, Papua Barat, ini juga harus menggendong ransel berisi peralatan lengkap.

"Saya merayap itu saya pegang senjata M-16. Kita merayap menggunakan senjata M-16 dengan ransel di belakang, sepatu, dan perlengkapan lengkap," ujar Lisa.

Lisa mengungkapkan ada titik di mana dia tak lagi bisa mengkompromi rasa sakit di dada. Lisa menggeser senjata M-16 ke arah depan badannya sambil terus berusaha merayap menggunakan tangan kosong.

"Ketika dada saya sudah sakit, saya angkat senjata, geser ke depan. Saya merayap dengan tangan. Saat itu amunisi di atas saya, saya bilang, 'Ya Tuhan, saya hidup atau mati ini, Tuhan,' karena amunisinya atas kepala saya, lewat 5 jari saja," kata Lisa.

Melihat Lisa kewalahan, lanjutnya, pembina pun menghampiri dan menyemangatinya. Dia dibantu merayap sampai ke garis akhir.

"Saya berusaha merayap sampai pembina saya bilang, 'Ayo, ayo, kamu pasti bisa. Kamu pasti bisa'. Setelah itu, pembina saya datang untuk membantu saya, memberikan semangat untuk saya. Karena dada saya sudah terlalu sakit, saya dibantu. Sama-sama dengan pembina, kita merayap sampai di depan," ungkap Lisa sambal mengingat momen latihan militer yang telah dia lalui.

Tak hanya dihujani peluru tajam, sesampai di garis akhir area pelatihan merayap, Lisa dikagetkan oleh ledakan granat. "Ketika turun, kita dilempari granat lagi," imbuh dia.

Simak kisah Serda Lisbeth Duwith berjuang ikut seleksi bintara karier TNI AD sampai utang dan terjang banjir di halaman berikutnya.

Sebelumnya diberitakan Serda Lisa telah dinyatakan lulus Pendidikan Pertama Bintara Prajurit Karier TNI AD Program Otonomi Khusus (Otsus) Putra dan Putri Asli Papua Pria Tahun Anggaran 2020. Dia selesai menjalani pendidikan materi dasar keprajuritan selama 20 minggu, sejak 4 November 2020 hingga 23 Maret 2021.

Jalan Serda Lisa untuk menjadi prajurit Kowad penuh lika-liku. Anak keempat dari enam bersaudara ini terpaksa menggunakan uang kuliah kakaknya untuk dapat ikut seleksi calon bintara karier TNI AD di Kota Sorong, Papua Barat. Akibatnya, kakaknya terpaksa putus kuliah.

"Pertama saya untuk mau berangkat ke Kota Sorong dari Sorong Selatan, Mama mengambil gaji Bapak, gaji terakhir Bapak sebesar Rp 3 juta," cerita Lisa.

Serda Lisbeth DuwithFoto: Serda Lisbeth Duwith (dok. TNI AD)

"Setelah itu ketabrakan dengan kakak karena pada hari itu kakak harus membayar semester untuk lanjut semester berikutnya. Saya harus hari itu juga berangkat, harus membawa uang karena di kota harus membutuhkan biaya contohnya administrasi, berkas-berkas yang harus di fotokopi," sambung Lisa.

Saat proses seleksi di tingkat daerah, Lisa mengalami musibah banjir. Dia kemudian menerjang air setinggi 5 meter sambil menyelamatkan perlengkapan yang masih dibutuhkan untuk proses seleksi bintara karier TNI AD.

"Pas pantukhir daerah, malamnya itu hujan di Kota Sorong, hujan besar, itu hujan dari atas dan saya di bawahnya itu banjir. Saya berenang keluar dari kamar karena tolakan arus kencang, pikul barang, berenang keluar, (kedalaman air) 5 meter," kata Lisa.

Halaman 2 dari 2
(aud/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads